Senin, 10 Desember 2012

Mengumpulkan Modal untuk Menggeser Inter


Mengumpulkan Modal untuk Menggeser Inter
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
©2012

grafis dari http://legaseriea.it
Ini laga sangat penting dan berarti bagi Lazio. Memenangi laga ini berarti Lazio akan kokoh menempati posisi 4 klasemen, terima kasih untuk perjuangan tetangga yang mengalahkan Fiorentina. Sangat berarti karena di matchday berikutnya Lazio akan menjamu Inter dan memiliki kesempatan besar untuk memasuki posisi tiga besar.

Petkovic akan kembali ke formasi 4-1-4-1. Eksperimennya dengan 3-4-3 saat mengandaskan Maribor Jumat lalu tidak memberikan kepuasan bagi sang pelatih. Menurut Petkovic, skor kemenangan 4-1 tidak menunjukkan kepiawaian Lazio bermain 3-4-3 melainkan hanya menunjukkan bahwa Maribor bermain buruk.

Petkovic tidak dapat menurunkan Marchetti, Konko, Dias, Rocchi dan Brocchi yang cedera. Kabar terakhir Floccari juga cedera. Dan, tidak mengejutkan, Ederson kembali masuk ruang perawatan. Kita harus menerima kenyataan bahwa Ederson akan lebih banyak melewatkan waktu di Klinik Paideia daripada di atas lapangan. Walaupun demikian ada sebuah kabar baik pada saat terakhir: Klose pulih dan siap dimainkan.

Stefano Pioli juga dilanda badai cedera. Gimenez, Curci, Natali, Acquafresca yang cedera dan Gabbiadini yang menjalani hukuman. Penampilan Bologna memang tidak sekonsisten Lazio, tetapi Bologna sangat sukar dikalahkan di stadio Renato Dall’Ara.

Sekali lagi Mauri dan kawan-kawan berada di laga persimpangan jalan untuk menentukan posisi Lazio menjelang liburan Natal. Bermain cerdik dan berjuang 90 menit adalah mutlak untuk membawa pulang tiga poin. Ledesma harus sangat berhati-hati dalam bermain karena telah mengantungi 3 kartu kuning. Satu kartu kuning di laga lawan Bologna berarti pemain tak tergantikan ini akan harus absen saat menjamu Inter.

Memenangi laga ini penting sebagai modal awal sebelum menggeser Inter dari posisi tiga klasemen pada matchday mendatang.

Head to head:
Sejak musim 1928/1929 Lazio telah bertemu Bologna sebanyak 120 kali. Keduanya masing-masing memenangi 45 laga sedang 30 sisanya berakhir imbang. Lazio memasukkan 166 gol sedang Bologna 175 gol. Lazio memenangi pertemuan terakhir di Stadio Renato Dall’Ara dengan skor 2-0.
Lima head to head terakhir:
11 Maret 2012 (Serie-A): Lazio 1-3 Bologna
23 Oktober 2011 (Serie-A): Bologna 0-2 Lazio
23 Januari 2011 (Serie-A): Bologna 3-1 Lazio
12 September 2010 (Serie-A): Lazio 3-1 Bologna
11 April 2010 (Serie-A): Bologna 2-3 Lazio

Lima laga terakhir Bologna:
2 Desember 2012 (Serie-A): Bologna 2-1 Atalanta
28 November 2012 (Coppa Italia): Bologna 1-0 Livorno
25 November 2012 (Serie-A): Sampdoria 1-0 Bologna
18 November 2012 (Serie-A): Bologna 3-0 Palermo
11 November 2012 (Serie-A): Torino 1-0 Bologna

Lima laga terakhir Lazio:
7 Desember 2012 (Liga Europa): Maribor 1-4 Lazio
2 Desember 2012 (Serie-A): Lazio 2-1 Parma
28 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-0 Udinese
22 November 2012 (Liga Europa): Lazio 0-0 Tottenham Hotspur
17 November 2012 (Serie-A): Juventus 0-0 Lazio

Perkiraan Formasi:
Bologna (3-4-2-1):
25-Federico Agliardi; 5-Mikael Antonsson, 43-Federik Sorensen, 21-Nicolo Cherubin; 8-Gyorgy Carics, 6-Saphir Taider, 15-Diego Perez, 3-Archimede Morleo; 33-Panagiotis Kone, 23-Alessandro Diamanti, 10-Alberto Gilardino

Lazio (4-1-4-1):
1-Albano Bizzari; 39-Luis Pedro Cavanda, 2-Michael Ciani, 20-Giuseppe Biava, 26-Stefan Radu; 24-Cristian Ledesma; 87-Antonio Candreva, 15-Alvaro Gonzalez, 8-Anderson Hernanes, 6-Stefano Mauri (kapten); 11-Miroslav Klose
Stefano pioli

Wasit:
Antonio Damato

Penerawangan Mbah Galuh:
Bologna 1-2 Lazio

Kick Off:
Selasa Wage, 11 Desember 2012, pukul 03.00 WIB

Jumat, 07 Desember 2012

Laziali and "No Racism" Campaign


Laziali and “No Racism” Campaign
by Galuh Trianingsih Lazuardi


from fotolia
Are Lazio fans racists? I would answer, yes, there is a part of Laziali that is racist, maybe not the majority but, unfortunately, they are loud enough. Media have tendency to exaggerate things, but exaggeration can only be done from something that exists.

We have to be brave enough to admit it. There is no loyalty without honesty. If we only admit the bright side and hide or deny the dark side of Lazio, we are not loyalists. We are just glory hunters instead. Our loyalty to Lazio is an honest loyalty. Launching a “No Racism” campaign means there is a problem with racism amongst Laziali, however small it is. If not, why bother to start the campaign at all?

Racism is usually defined as views, practices and actions reflecting the belief that humanity is divided into distinct primordial groups called races, ethnicity, religions and nationality, and that members of a certain group share certain attributes which make that group as a whole less desirable, more desirable, inferior or superior.

If we hate, harass or hurt people based on their race, religion, ethnicity or nationality, then we are racists. We can never choose what race, ethnicity or nationality we are from. We, too, can never choose from particular parents with certain religion or belief we would be born.

Let’s look at the recent affairs which pushed racism bitterly into football as a good example. If you support “Free Palestine”, you are not a racist. It’s a political choice. Indonesia constitution even puts, “Freedom is the rights of all nations on earth” as the first sentence. If you criticise military policy of the Republic of Israel or for human rights violations, that is acceptable too. Supporting human rights is universal. But if you curse, condemn let alone harass Jews, that is racism because Jew is an ethnic and a religion.

Now we are having a great momentum to declare ourselves to be Anti-Racists. But anti-racism is not just uploading your smiling picture holding pieces of paper with “No Racism” message on it. By proclaiming ourselves as anti-racists we are committed not to do any racist actions in supporting Lazio. In any form of action, at all. If we don’t have that commitment, this campaign is just a superficial campaign, a cosmetic effort. Are we brave enough to bear those consequences?

Being a racist is bad enough. But combining it with hypocrisy and lies will only make it worse.

Laziali dan "No Racism"


Laziali dan “No Racism”
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
©2012

grafis dari http://fotolia.it
Apakah fans Lazio rasis? Jawaban jujur adalah, ya, ada bagian yang cukup vokal walaupun bukan mayoritas, yang dari masa ke masa menunjukkan indikasi rasisme. Media memang cenderung membesar-besarkan, tetapi sumber masalah ini memang ada, betapapun kecilnya.

Kita tidak perlu menutup-nutupi hal itu, karena loyalitas mutlak harus berjalan beriringan dengan kejujuran. Tanpa kejujuran tidak ada loyalitas. Jika hanya mau mengakui hal yang baik dan menyembunyikan yang buruk, maka kita tidak lebih daripada “glory hunter”. Loyalitas kita kepada Lazio adalah loyalitas yang jujur.

Saat ini sedang diluncurkan gerakan anti-rasis di kalangan fans Lazio. Itu menunjukkan bahwa memang ada masalah rasisme di tubuh pendukung Lazio. Kalau tidak, buat apa gerakan ini?

Pengertian Rasisme
Rasisme adalah segala bentuk pemikiran, ucapan baik lisan maupun tertulis, perilaku dan tindakan yang berdasar kepada sebuah kepercayaan bahwa manusia terbagi atas ras, suku, keturunan, agama dan kebangsaan yang menunjukan unsur baik-buruk, terhormat-hina, superior-inferior, menguasai-dikuasai.

Singkatnya, rasisme adalah jika kita menganggap orang atau sekelompok orang lain lebih buruk daripada kita karena perbedaan ras, suku, keturunan, agama dan kebangsaannya. Rasisme selalu mengacu kepada hal-hal yang berada di luar kekuasaan manusia untuk menentukan. Kita tidak pernah dapat memilih dari ras apa kita dilahirkan, dari suku bangsa apa, dari orangtua beragama apa dan dari kebangsaan apa. Menghina, melakukan diskriminasi apalagi melakukan kekerasan hanya karena perbedaan-perbedaan tadi, itulah rasisme.

Yahudi dan Malaysia
Marilah kita ambil contoh beberapa kejadian hangat. Pertama, tentang masuknya konflik Palestina-Israel ke sepakbola. Membela berdirinya negara Palestina (Palestina Merdeka/Free Palestine) adalah bukan rasis, itu sikap politik yang memperjuangkan hak tiap bangsa untuk merdeka. Mengkritisi politik luar negeri Israel yang menekan dan melanggar HAM bangsa Palestina, itu juga bukan rasis. Jangankan negara lain, kita pun sering mengkritisi pemerintah kita sendiri untuk pembiaran pelanggaran HAM.

Tetapi memaki Yahudi, apalagi menggunakan kata-kata kasar, kotor dan mengeluarkan perbendaharaan koleksi kebun binatang, itu jelas rasis. Yahudi adalah sebuah ras, sebuah bangsa dan agama. Menjadi seorang Yahudi bukan pilihan tetapi keniscayaan, seperti halnya kita tidak pernah memilih untuk dilahirkan dari orangtua berkebangsaan Indonesia.

Kedua, tentang Indonesia-Malaysia. Membela bangsa kita dari pelanggaran hak cipta dan HAM, bukan rasis, itu mulia. Mengkritisi Kerajaan Malaysia atas pembiaran terhadap hal tersebut juga bukan rasis. Tetapi menghina, memaki bangsa Malaysia, memelesetkannya menjadi malingsia, alaysia dan sejenisnya, itu jelas rasis.

Sukai atau bencilah seseorang atau sekelompok orang karena APA YANG DIPERBUATNYA, bukan karena SIAPA DIA.

Anti-Rasisme
Kini ada momentum bagi kita untuk mendeklarasikan diri bahwa Laziali bukan rasis. Mari kita proklamasikan diri kita bahwa kita anti-rasis. Menjadi seorang anti-rasis tidak sekedar mengirimkan foto kita yang “nyengir” sambil memegang sehelai kertas bertuliskan “No Racism”. Konsekuensinya, kita harus meninggalkan segala ucapan, tulisan dan sikap rasis secara total. Kalau kita bangga menyatakan diri sebagai anti-rasis, tetapi masih memaki Yahudi dan bangsa Malaysia, maka komitmen kita jelas mendua. Kita tidak percaya pada penggunaan standar ganda. Kita tidak membalas tindakan rasis dengan balasan rasis juga. Karena kita juga akan menjadi rasis.

Menjadi seorang rasis, itu sudah cukup buruk. Kalau ditambah lagi dengan sikap munafik, bukan hanya buruk, tetapi parah. Cukup beranikah kita untuk mendeklarasikan diri sebagai Anti-Rasis dan konsekuen dengan segala tindakan kita? Kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan tindakan nyata.

Kamis, 06 Desember 2012

Bermain Cerdik di Suhu Membeku


Bermain Cerdik di Suhu Membeku
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://uefa.com
Lazio sudah dipastikan lolos dari fase grup, sedangkan Maribor sudah dipastikan tersisih. Tetapi sebuah kemenangan akan memastikan Lazio memasuki fase knock out 32 besar sebagai juara grup, yang berati terhindar dari lawan berat di fase tersebut.

Maribor jelas akan bermain mati-matian mempertahankan kehormatannya sebagai tim terbaik Slovenia di hadapan pendukungnya. Mereka diuntungkan dengan posisinya sebagai tuan rumah dan cuaca dingin yang telah terbiasa dihadapinya. Menurut ramalan cuaca, laga akan berlangsung pada suhu di sekitaran nol derajat Celcius.

Petkovic akan melakukan banyak rotasi pemain, karena kondisi cedera yang menimpa beberapa pemain intinya. Konko, Dias, Klose dan Marchetti tidak dibawa karena alasan tersebut. Biava, walaupun ikut serta ke Slovenia, juga tidak dalam kondisi fit. Petkovic juga harus memikirkan dua laga di penghujung tahun sebelum liburan Natal melawan Bologna dan Inter di Serie A, hingga tampaknya akan menyimpan Hernanes, Radu dan dan Mauri di bangku cadangan.

Kepusingan Petkovic adalah memilih satu di antara Kozak dan Floccari di lini depan. Floccari dijagokan oleh polling di antara banyak fans Lazio di Eropa. Dan tampaknya keduanya akan diturunkan dan Lazio mengubah 4-1-4-1 menjadi 4-4-2 dalam laga ini.

Laga yang tidak menentukan memang, tetapi seperti biasanya, Petkovic menganut falsafah bahwa tiap laga harus dimenangkan. Bermain cerdik, taktis dan efisien menjadi pilihan Ledesma dan kawan-kawan jika ingin membawa pulang 3 poin ke kota Roma. Suhu yang membekukan akan menjadi tantangan utama, tetapi jika Lazio mampu menerapkan tiga hal tadi, maka kemenangan bukan hal yang mustahil.

Head to Head:
29 September 2009 (Liga Champions): Lazio 4-0 Maribor
19 Oktober 2009 (Liga Champions): Maribor 0-4 Lazio
4 Oktober 2012 (Liga Europa): Lazio 1-0 Maribor

Lima Laga Terakhir Maribor:
2 Desember 2012 (1.SNL): Mura 05 1-2 Maribor
28 November 2012 (1.SNL): Domzale 2-2 Maribor
25 November 2012 (1.SNL): Maribor 3-0 Koper
22 November 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-0 Maribor
17 November 2012 (1.SNL): Gorica 1-6 Maribor

Lima Laga Terakhir Lazio:
2 Desember 2012 (Serie-A): Lazio 2-1 Parma
28 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-0 Udinese
23 November 2012 (Liga Europa): Lazio 0-0 Tottenham Hotspur
18 November 2012 (Serie-A): Juventus 0-0 Lazio
11 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Roma

Perkiraan Susunan Pemain:
Maribor (4-3-1-2):
33-Jasmin Handanovic; 26-Aleksander Rajcevic, 24-Dejan Trajkovski, 22-Nejc Potokar, 44-Arghus; 5-Zeljko Filipovic, 6-Martin Milec, 70-Ales Mertelj; 10-Agim Ibraimi;  9-Marcos Tavarez (kapten), 32-Robert Beric

Lazio (4-4-2):
1-Albano Bizzari; 5-Lionel Scaloni, 2-Michael Ciani, 27-Lorik Cana, 39-Luis Pedro Cavanda; 24-Cristian Ledesma (kapten), 23-Ogenyi Onazi; 7-Ederson, 19-Senad Lulic; 18-Libor Kozak, 99-Sergio Floccari

Wasit:
Itsvan Vad (Hungaria)

Penerawangan Mbah Galuh:
Maribor 0-1 Lazio

Waktu Pertandingan:
Jumat, 7 Desember 2012 pukul 03.05 WIB

Selasa, 27 November 2012

Mempertahankan Dominasi di Olimpico


Mempertahankan Dominasi di Olimpico
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://legaseriea.it
Lazio telah kembali pada trek positifnya setelah memenangi derby. Jumat lalu Mauri dan kawan-kawan memastikan diri lolos ke fase 32 besar Liga Eropa. Seperti kata Petkovic, laga ini penting sebagai awal memenangi semua laga sebelum memasuki liburan Natal. Saat ini Lazio berada di posisi 5 klasemen dengan 23 poin.

Lazio dihadapkan pada masalah cedera Dias dan Brocchi yang dipastikan absen hingga akhir tahun serta tidak fitnya kondisi Hernanes dan Klose. Petkovic telah mengisyaratkan untuk mengistirahatkan Hernanes dan kemungkinan menggantikan posisinya dengan pemain rentan cedera, Ederson. Klose terakhir dikabarkan siap untuk turun.

Masalah yang dihadapi Petkovic tidak seberapa dibandingkan dengan yang dihadapi Guidolin. Tak kurang dari Pinzi, Lazzari, Basta, Benatia dan Muriel harus absen dari laga ini. Performa Udinese sendiri cenderung menurun sejak mengalahkan AS Roma, tidak pernah memetik kemenangan dalam 6 laga berturut-turut dan terpental dari Liga Europa setelah kalah dari Young Boys dan terakhir kali dari Anzhi. Saat ini Udinese berada di peringkat 12 klasemen dengan 16 poin.

Situasi yang dihadapi Udinese justru dapat memotivasi mereka untuk bangkit dalam laga ini, karena kini Di Natale dan kawan-kawan hanya berkonsentrasi di kompetisi domestik. Tetapi rekor Lazio di Olimpico musim ini cukup menimbulkan optimisme, hanya kehilangan 5 angka dari seri lawan Torino dan kalah dari Genoa. Jika pemain mampu menjaga konsentrasi sepanjang 90 menit Lazio akan mampu menghempaskan Udinese dengan selisih dua gol.

Head to head
Sejak pertama kali bertemu pada musim 1950/1951, kedua tim telah bertanding sebanyak 66 kali. Lazio memenangi 26 laga, Udinese memenangi 22 laga dan 18 sisanya berakhir seri. Pertemuan terakhir terjadi di Stadio Friuli di mana Lazio menderita kekalahan 0-2, sedang pertemuan terakhir di Olimpico keduanya bermain imbang 2-2. Kekalahan terakhir Lazio di Olimpico terjadi pada musim 2008/2009 dengan skor 1-3.
Lima head to head terakhir:
30 April 2012 (Serie-A): Udinese 2-0 Lazio
18 Desember 2011 (Serie-A): Lazio 2-2 Udinese
9 Mei 2011 (Serie-A): Udinese 2-1 Lazio
19 Desember 2010 (Serie-A): Lazio 3-2 Udinese
16 Mei 2010 (Serie-A): Lazio 3-1 Udinese

Lima Laga Terakhir Lazio:
23 November 2012 (Liga Europa): Lazio 0-0 Tottenham Hotspurs
18 November 2012 (Serie-A): Juventus 0-0 Lazio
11 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Roma
9 November 2012 (Liga Europa): Lazio 3-0 Panathinaikos
4 November 2012 (Serie-A): Catania 4-0 Lazio

Lima Laga Terakhir Udinese:
22 November 2012 (Liga Europa): Anzhi 2-0 Udinese
18 November 2012 (Serie-A): Udinese 2-2 Parma
11 November 2012 (Serie-A): Chievo 2-2 Udinese
9 November 2012 (Liga Europa): Udinese 2-3 Young Boys
4 November 2012 (Serie-A): Bologna 1-1 Udinese

Perkiraan Formasi Pemain:
Lazio (4-1-4-1):
22-Federico Marchetti, 29-Abdoulay Konko, 2-Michael Ciani, 20-Giuseppe Biava, 26-Stefan Radu; 24-Cristian Ledesma; 15-Alvaro Gonzalez, 7-Ederson, 87-Antonio Candreva, 6-Stefano Mauri (kapten); 11-Miroslav Klose

Udinese (3-5-2):
1-Zeljko Brkic; 16-Andrea Coda, 5-Danilo, 11-Maurizio Domizzi; 6-Marco Davide Faraoni, 37-Roberto Pereyra, 3-Allan, 7-Emmanuele Agyemang-Badu, 26-Giovanni Pasquale; 77-Maicosuel, 10-Antonio Di Natale (kapten)

Wasit:
Giampaolo Calvarese

Penerawangan Mbah Galuh:
Lazio 3-1 Udinese

Waktu Pertandingan:
Rabu Legi, 28 November 2012, pukul 02.45
(Live on TVRI)

Jumat, 23 November 2012

Lazio vs. Tottenham Hotspurs and the "Power of Words"


Lazio vs. Tottenham Hotspurs and the "Power of Words"

photo from: http://goal.com
After Lazio-Tottenham match at Olimpico, London-based media are hilarious, just like a pack of starving wolves finds a piece of decaying bone. They give a large portion of their space for the match. Very small analysis on the match itself, only Villas-Boas’ stupid statement on Bale's disallowed goal, that his side has been robbed 4 goals in their two clashes with Lazio this year.

Daily Express, Soccerway and Daily Star are more interested in accidents outside the pitch. Not so much more on brutal attack to Tottenham fans in Drunken Ship Bar after the police found that most of the attackers were Ultras Roma. For those media the matter has been forgotten if Ultras Lazio has not been involved!

“Free Palestine
A sharp accusation is pointed toward Curva Nord where a “Free Palestine” banner was unrolled and “Juden Tottenham” chants were sung. The media, as well as Villas-Boas, urge UEFA to take firm action against Lazio. Not only to fine Lazio, but also to forbid Biancoceleste to host future European matches. A media even proposes a very absurd recommendation: UEFA is to decide that Tottenham wins the match by 3-0!

Gazza
Paul Gascoigne is another sitting-duck target for them. Gazza is accused to be insensitive and a traitor to the Kingdom by sitting together and laughing over jokes with Lotito and other Lazio directors; while at the very moment his fellow citizens (Spurs fans) were harassed by Lazio fans for something beyond everyone’s power to choose: race.

Di Canio
The media even published editorials and articles on something that happened long time ago. Di Canio’s Roman salutes (not NAZI salute!). And remind their readers of Roma as “Stab City” as if they have amnesia of recent history. Lazio fans never stabbed English fans. The Stab City title was given to the capital after Ultras Roma stabbed fans of MU, Arsenal, Liverpool and Middlesborough.

London-based media tend to exaggerate things, even manipulating facts to build a desired public opinion. It is the “power of words” that has been used by writers all over the world for centuries. So, laziali, please WRITE for our Lazio and use “the power of words” for Biancoceleste!

(by Galuh Trianingsih Lazuardi, sorry for my imperfect English, I’m not a native speaker)

Lazio vs Tottenham Hotspurs: Media Inggris dan "The Power of Words"


Lazio vs Tottenham Hotspurs:
Media Inggris dan The Power of Words
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari: http://goal.com
Media-media Inggris terbitan hari ini bagaikan sekawanan srigala kelaparan mendapatkan sekerat tulang busuk. Ulasan tentang laga Lazio – Tottenham Hotspurs mendapat porsi besar. Hanya sedikit ulasan tentang jalannya pertandingan itu sendiri kecuali kecaman mereka terhadap wasit yang menganulir gol offside Bale ke gawang Marchetti dan mengutip ucapan Villas-Boas, “Empat gol kami ke gawang Lazio dianulir wasit dalam dua pertemuan.”

Daily Express, Soccerway  dan Daily Star lebih banyak mengulas kejadian di luar lapangan. Tidak banyak lagi mengulas tentang penyerangan brutal terhadap fans Tottenham di bar Drunken Ship, setelah polisi mengungkap bahwa pelaku utama penyerangan adalah anggota Ultras Roma, walaupun ada beberapa pendukung Lazio yang juga terlibat. Seolah-olah jika penyerangan biadab itu dilakukan oleh Ultras Roma maka masalah selesai, tetapi jika dilakukan oleh Ultras Lazio, maka itu jadi berita besar.

“Free Palestine
Sorotan paling tajam ditujukan ke arah Curva Nord yang membentangkan spanduk bertuliskan “Free Palestine” seraya meneriakkan yel dalam bahasa Jerman, “Juden Tottenham” yang berarti “Tottenham Yahudi”. Pencampur-adukan sepakbola dengan kegiatan mendukung atau menistakan politik, ras atau agama tertentu memang dilarang keras dalam peraturan UEFA. Maka Villas-Boas dan media Inggris sekali lagi mendesak badan sepakbola tertinggi Eropa itu untuk mengambil tindakan tegas terhadap Lazio. Bukan hanya denda tetapi juga larangan menggelar laga Eropa dengan penonton di Olimpico. Daily Star bahkan mengusulkan sesuatu yang sangat bodoh: menyatakan Spurs menang 3-0 atas Lazio!

Gazza
Paul Gascoigne juga tak kalah keras mendapat kecaman. Gazza yang terlihat tertawa-tawa dan bercanda dengan para direktur Lazio sepanjang pertandingan dianggap telah menyakiti dan menghianati rakyat Inggris. Menikmati kedekatannya dengan fans Lazio yang membentangkan spanduk Lion-hearted, headstrong, pure talent, real man – still our hero”  (berhati singa, kuat, berbakat – masih jadi pahlawan kami) di Curva Nord. Gazza dianggap berhianat karena pada saat yang sama fans Tottenham dilecehkan karena sesuatu yang berada di luar kekuasaan setiap orang untuk memilih: ras dan keturunannya.

Di Canio
Media-media Inggris menurunkan editorial dan berita yang menarik waktu hingg jauh mundur ke belakang. Salam ala Romawi oleh Paolo Di Canio (bukan ala NAZI, karena Hitler hanya menjiplak salam itu) kembali dibahas. Julukan kota Roma sebagai “Stab City” (Kota Penikaman) kembali didengungkan, seolah mereka terkena amnesia bahwa fans Lazio tidak pernah melakukan penikaman terhadap fans Inggris. Ultras Roma-lah yang memiliki sejarah menikam fans MU, Arsenal, Liverpool dan Middlesborough tiap kali AS Roma menjamu mereka.

Itulah media Inggris yang gemar sensansi, lebay dan pandai memutar-balikkan fakta, membentuk opini publik yang negatif terhadap Lazio dan laziali. Tetapi itulah kekuatan kata (the power of words) yang selalu dimanfaatkan efektifitasnya sepanjang masa oleh para penulis. Oleh karena itu wahai Laziali: MENULISLAH bagi Lazio kita!

Kamis, 08 November 2012

Lazio vs Panathinaikos, Rotasi Tim Terluka Menjelang Derby


Lazio vs Panathinaikos, Rotasi Tim Terluka Menjelang Derby
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://uefa.com
Akhirnya Petkovic tidak punya pilihan lain selain melakukan rotasi timnya. Kekukuhan Petkovic untuk terus memainkan “starting eleven” yang sama berbuah petaka dengan mencatat dua kekalahan telak dan 1 seri dari tiga laga Serie-A terakhir, kemasukan 7 gol dan hanya berhasil menyarangkan 1 gol.

Lazio dalam kondisi terluka, dan kurang dari tiga hari lagi dihadapkan pada laga paling bergengsinya tiap musim, Derby della Capitale. Reja memenangi dua derby musim lalu, dan hingga kini pencapaian Petkovic masih cukup jauh di bawah Reja. Maka Petkovic akan mengkonsentrasikan laga untuk derby, sekaligus menjaga laga lawan Panathinaikos untuk modal moral menjelang laga lawan AS Roma.

Petkovic akan memainkan pola 4-4-2 dengan menduetkan Floccari dengan Kozak di depan, sekaligus memberi istirahat penuh bagi Klose. Zarate akan memulai dari bangku cadangan dan, jika diturunkan sebagai pengganti, merupakan kesempatan terakhir baginya untuk membuktikan diri di hadapan The Doctor, bahwa pembelaan sang allenatore untuk dirinya adalah tindakan benar.

Empat pemain belakang akan diisi oleh pemain yang sama sekali berbeda dengan menduetkan Cana dan Ciani di jantung pertahanan, didampingi Scaloni dan Radu di sayap. Ini adalah debut Radu musim ini setelah istirahat panjang. Konko dan Dias bahkan sama sekali tidak didaftarkan untuk laga ini. Sementara Marchetti akan kembali diturunkan untuk memperkuat gawang Lazio, sekaligus pra-kondisi sebelum turun di derby setelah sebulan absen karena cedera.

Di tengah, Ledesma tetap menjadi jangkar dan dilapis oleh pemain muda Onazi yang kuat dalam membantu pertahanan. Sementara Mauri, seperti biasanya akan secara ketat mendampingi kedua striker. Ederson, seperti sepanjang karirnya, belum dapat diturunkan dan lebih banyak menghuni ruang perawatan.

Berbeda dengan Lazio, Panathinaikos berada dalam tren kebangkitan dengan tidak terkalahkan di 5 laga terakhirnya, termasuk memetik kemenangan di laga domestik terakhir. Posisinya yang hanya terpaut 3 poin dari Lazio memberi motivasi kepada mereka untuk memetik kemenangan pertama di Olimpico dan minimal menyamai poin Biancocelesti. Grup J Liga Eropa memang sangat ketat, keempat tim memiliki peluang sama besar untuk lolos ke fase knock out.

Laga sulit menjelang derby. Dengan konsentrasi yang terbagi ke derby, hasil seri akan menjadi kemungkinan yang sangat mungkin terjadi. Tetapi dengan konsistensi dan determinasi dari sebuah tim yang tengah terluka, kemenangan tipis bukan mustahil untuk digapai.

Head to head:
8 Agustus 2007 (Pra Musim): Lazio 2-1 Panathinaikos
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio


Lima Laga Terakhir Lazio:
4 November 2012 (Serie-A): Catania 4-0 Lazio
1 November 2012 (Serie-A): Lazio 1-1 Torino
28 Oktober 2012 (Serie-A): Fiorentina 2-0 Lazio
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio
21 Oktober 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Milan

Lima Laga Terakhir Panathinaikos:
4 November 2012 (Super League): Panathinaikos 1-0 AEK Athena
29 Oktober 2012 (Super League): OFI 2-2 Panathinaikos
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio
21 Oktober  2012 (Super League): Panathinaikos 1-1 Aris
7 Oktober 2012 (Super League): Xanthi 1-2 Panathinaikos

Perkiraan Susunan Pemain:
Lazio (4-4-2):
22-Federico Marchetti; 5-Lionel Scaloni, 2-Michael Ciani, 27-Lorik Cana, 26-Stefan Radu; 24-Cristian Ledesma, 23-Ogenyi Onazi, 15 Alvaro Gonzalez, 6-Stefano Mauri (kapten); 99-Sergio Floccari, 18-Libor Kozak

Panathinaikos (4-3-3):
27-Orestis Karnezis; 16-Giourkas Seitaridis, 44-Jose Manuel Velazquez, 41-Diamantis Chouchoumis, 31-Nikos Spyropoulos; 34-Spyros Fourlanos, 6-Vitolo, 17-Zeca; 7-Charis Mavrias, 9-Toche, 61-Quincy Owusu-Abeyie

Wasit:
Robert Schorgenhofer (Austria)

Penerawangan Mbah Galuh:
Lazio 1-1 Panathinaikos

Waktu Pertandingan:
Jumat, 9 November 2012, pukul 03.05 WIB

Sabtu, 03 November 2012

Catania-Lazio, Upaya Kedua untuk Bangkit


Catania – Lazio, Upaya Kedua untuk Bangkit
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://legaseriea.it
Usai dikalahkan Fiorentina, Lazio gagal kembali ke jalur kemenangan dengan ditahan Torino 1-1 di Olimpico tengah pekan ini. Kini kesempatan tertunda itu kembali terbuka saat bertandang ke Stadio Angelo Massimino menghadapi tuan rumah Catania. Situasi yang sama juga juga dihadapi Catania, yang gagal memenangi 4 laganya usai membukukan kemenangan 2-0 atas Parma. Hasil seri 2-2 di kandang Udinese akan menjadi modal semangat bagi Lodi dan kawan-kawan.

Petkovic tak dapat menurunkan Klose yang menjalani hukuman akibat mengoleksi 4 kartu kuning, serta Marchetti dan Ederson yang masih berkutat dengan penyembuhan cederanya. Tetapi “the Doctor” kembali dapat menurunkan Ledesma dan Hernanes, sehingga akan kembali memainkan pola 4-1-4-1 dengan menempatkan Rocchi sebagai penyerang tunggal.

Pelatih Rolando Maran tidak dapat menurunkan penyerang Keko dan bek Blazej Augustyn yang cedera. Maran akan tetap memainkan sepakbola agresifnya dengan skema 3-5-2 dan menurunkan tujuh pemain Argentina termasuk Bergessio dan Gomez sebagai tombak kembar.

Lazio akan termotivasi untuk memenangkan laga keras ini, karena posisinya kini makin tertinggal dari Juventus sang pemuncak klasemen, Inter dan Napoli. Tidak ada pilihan lain kecuali meraih tiga poin, apalagi pekan depan, sehabis menjamu Panathinaikos, Lazio akan menghadapi Roma di Derby della Capitale yang pertama bagi Petkovic.

Head to Head:
Sejak musim 1954/1955, kedua tim telah bertemu sebanyak 26 kali dengan Lazio memenangi 8 laga, Catania memenangi 9 laga dan 8 laga berakhir imbang. Pertemuan terakhir terjadi di Stadio Angelo Massimino musim lalu, saat Lazio kalah 0-1. Kemenangan terakhir Lazio atas Catania juga terjadi di tempat yang sama yaitu musim 2010/2011 saat Lazio menang dengan skor 4-1.
Lima Head to Head terakhir:
18 Maret 2012 (Serie-A): Catania 1-0 Lazio
26 Oktober 2011 (Serie-A): Lazio 1-1 Catania
17 April 2011 (Serie-A): Catania 1-4 Lazio
28 November 2010 (Serie-A): Lazio 1-1 Catania
7 Februari 2010 (Serie-A): Lazio 0-1 Catania

Empat laga terakhir Catania:
31 Oktober 2012 (Serie-A): Udinese 2-2 Catania
28 Oktober 2012 (Serie-A): Catania 0-1 Juventus
21 Oktober 2012 (Serie-A): Inter 2-0 Catania
7 Oktober 2012 (Serie-A): Catania 2-0 Parma
30 September 2012 (Serie-A): Bologna 4-0 Catania

Empat laga terakhir Lazio:
1 November 2012 (Serie-A): Lazio 1-1 Torino
29 Oktober 2012 (Serie-A): Fiorentina 2-0 Lazio
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio
21 Oktober 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Milan
7 Oktober 2012 (Serie-A): Pescara 0-3 Lazio

Perkiraan Susunan Pemain:
Catania (3-5-2):
21-Mariano Andujar; 5-Alexis Rolin, 6-Nicola Legrottaglie, 3-Nicolas Spolli; 13-Mariano Izco (kapten), 10-Francesco Lodi, 4-Sergio Almiron, 28-Pablo Barrientos, 12-Giovanni Marchese; 9-Gonzalo Bergessio, 17-Alejandro Gomez

Lazio (4-1-4-1):
1-Albano Bizzari; 29-Abdoulay Konko, 3-Andre Dias, 20-Giuseppe Biava, 19-Senad Lulic; 24-Cristian Ledesma; 87-Antonio Candreva, 15-Alvaro Gonzalez, 8-Anderson Hernanes, 6-Stefano Mauri; 9-Tommaso Rocchi (kapten)

Wasit:
Paolo Silvio Mazzoleni

Penerawangan Mbah Galuh:
Catania 0-1 Lazio

Waktu Pertandingan:
Minggu, 4 November 2012, pukul 21.00 WIB.

Klose, Dari Pengatur Serangan Hingga Kartu Kuning Keempat


Klose, Dari Pengatur Serangan Hingga Kartu Kuning Keempat
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari http://lalazio24.it
 Ada pemandangan menarik saat Lazio menjamu Torino di Olimpico tengah pekan lalu. Klose tidak mencetak gol pada laga itu. Tetapi Laziali di curva nord Olimpico melakukan yel khusus untuk mengapresiasi pemain berusia 34 tahun ini, minimal dua kali. Sambutan yang tak kalah meriah dengan ketika Mauri mencetak gol penyeimbang dan ketika papan skor menayangkan berita kekalahan AS Roma dari Parma.

Lazio turun tanpa dua pemain pentingnya: Ledesma, si pengatur kedalaman lapangan tengah, dan Hernanes, si kreator serangan. Hal ini membuat Miroslav Klose bermain lebih dalam dan menggantikan peran Hernanes sebagai pengatur serangan, memberikan kotak penalti Torino sepenuhnya kepada Tommaso Rocchi.

Kerja keras yang ditunjukkan Klose tak luput dari pandangan Laziali di curva nord Olimpico. Berulang kali mereka meneriakkan yel, “Klose, Klose....” sebagai apresiasi atas pembuktian Klose yang memendam habis egonya sebagai striker dan mendedikasikan sepenuh tenaganya bagi kepentingan tim. Padahal, satu gol lagi, Klose akan menjadi pemuncak pencetak gol Serie A musim ini. Itulah Klose. Baginya kepentingan tim diletakkan di atas pamor pribadi. Sikap semacam inilah yang membuat dirinya menjadi bintang besar.

Pemandangan menarik kedua terjadi menjelang akhir laga. Klose yang merasa dirinya tidak melakukan pelanggaran, memrotes wasit yang meniup peluit. Menilai protesnya terlalu keras, wasit mengeluarkan kartu kuning bagi Klose. Bersamaan dengan itu, Laziali di curva nord membahana, menyambut kartu kuning ini seakan-akan Klose mencetak gol, “Klose, Klose.....” Mengapa?

Saat memulai laga lawan Torino, Klose sudah mengantungi 3 kartu kuning. Dengan satu tambahan lagi di laga ini, maka genaplah 4 kartu kuning dikoleksinya, yang berarti Klose tidak dapat memperkuat Lazio saat bertandang ke Stadio Angelo Massimino menantang Catania akhir pekan ini. Dan Laziali menarik napas lega menyambut kartu kuning keempat Klose. Mengapa?

Pekan depan Lazio akan menghadapi laga penting, Derby della Capitale pertama bagi Petkovic. Seandainya kartu kuning keempat Klose diterimanya di Stadio Angelo Massimino, maka berarti Klose harus absen dari derby terpanas di Eropa ini. Padahal musim lalu Klose membuktikan peran signifikannya di derby. Pada derby pertamanya Klose mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir laga. Pada derby keduanya, tusukan Klose ke daerah penalti Roma membawa berkah: dikartumerahkannya Stekelenburg dan dicetaknya gol oleh Hernanes dari titik penalti.

Klose memang tak dapat memperkuat timnya saat berlaga melawan Catania. Floccari, atau kemungkinan besar Rocchi, akan menggantikan peran Klose. Ledesma dan Hernanes sudah dapat berlaga lagi dalam kondisi bugar. Giliran Klose beristirahat. Dan kemungkinan besar Klose juga akan diistirahatkan saat menjamu Panathinaikos di matchday 4 Liga Eropa tengah pekan depan. Klose akan tampil bugar pada derby dan kita akan menanti keajaibannya.

Kamis, 01 November 2012

Hingga Saat Ini Reja Masih Di Atas Petkovic


Hingga Saat Ini Reja Masih Di Atas Petkovic
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari http://lazioland.com
Serie A musim ini telah menyelesaikan 10 pertandingan. Masih tersisa 28 putaran lagi, apa yang dicapai masing-masing tim belum bisa menggambarkan posisi akhir klasemen. Tiap tim secara teoritis masih mungkin meraih scudetto atapun terdegradasi ke Serie B.

Lazio memulai musim dengan harapan baru di bawah pelatih baru. Permainan Lazio berubah, bukan pada sistem saja tetapi lebih pada pola. Lazio kini lebih indah untuk dinikmati dengan pola menyerangnya, sangat berbeda dengan dua musim terdahulu yang cenderung memainkan sepakbola negatif yang pragmatis.

Petkovic segera menjadi pujaan hati Laziali. Berlainan dengan Reja yang arogan, meledak-ledak, temperamental serta tidak akrab dengan fans dan media, Petkovic adalah pribadi yang santun, rendah hati, tenang serta akrab dengan fans dan media. Petkovic memiliki kemampuan public relation yang lebih daripada sekedar memadai untuk menjadikannya sebagai media darling dan fans darling. Bukti paling nyata adalah ketika Petkovic menyingkirkan Zarate, fans cenderung diam, bahkan Zarate dicemooh ketika diganti saat melawan Genoa. Padahal, musim lalu Reja lah yang dicemooh dan dimusuhi fans Lazio ketika mendepak Zarate.

Tetapi di atas segalanya, Lazio membutuhkan seorang pelatih yang mampu mengangkat prestasinya, bukan sekedar seorang selebritas yang dipuja-puji. Tolok ukur sebenarnya adalah prestasi tim di lapangan, bukan di headline media.

Perjalanan memang masih panjang. Petkovic memberi harapan bahwa Lazio akan mampu masuk zona Liga Champions di akhir musim. Tetapi marilah kita berhenti di akhir giornata 10 ini dan membandingkan apa yang telah dicapai kedua pelatih tersebut pada titik yang sama pada musim masing-masing. Reja pada musim 2010/2011 dan 2011/2012, dengan Petkovic saat ini.

Musim 2010/2011 – Edoardo Reja:
Skuad inti, secara kualitatif tidak lebih baik daripada tim musim ini. Zarate sudah ada di skuad, sementara kiper dan bek kanan ditempati Muslera dan Lichtsteiner. Floccari, Kozak, Hernanes dan Gonzalez baru bergabung.

Pada akhir giornata 10, Lazio berada di puncak klasemen sebagai capolista. Mengumpulkan 22 poin hasil 7 menang, 1 seri, 2 kalah. Mencetak 13 gol dan kemasukkan 8 gol. Pertandingan yang telah dimainkan adalah: Sampdoria 2-0 Lazio, Lazio 3-1 Bologna, Fiorentina 1-2 Lazio, Lazio 1-1 Milan, Chievo 0-1 Lazio, Lazio 1-0 Brescia, Bari 0-2 Lazio, Lazio 2-1 Cagliari, Palermo 0-1 Lazio dan Lazio 0-2 Roma.

Musim 2011/2012 – Edoardo Reja:
Skuad inti musim ini boleh dikatakan sama dengan skuad ini. Zarate dan Floccari memang dipinjamkan, Muslera dan Lichtsteiner dijual; tetapi Marchetti, Konko, Cana, Stankevicius, Lulic, Cisse dan Klose datang. Diakite kembali dari peminjaman.

Setelah berlaga 10 kali, Lazio berada di posisi dua klasemen di bawah Udinese. Mengumpulkan 21 poin hasil 6 menang, 3 seri dan 1 kalah. Mencetak 16 gol dan kemasukkan 8 gol. Pertandingan yang telah dimainkan adalah: Milan 2-2 Lazio, Lazio 1-2 Genoa, Cesena 1-2 Lazio, Lazio 0-0 Palermo, Fiorentina 1-2 Lazio, Lazio 2-1 Roma, Bologna 0-2 Lazio, Lazio 1-1 Catania, Cagliari 0-3 Lazio dan Lazio 1-0 Parma.

Musim 2012/2013 – Vladimir Petkovic:
Skuad Lazio tidak banyak berubah. Cisse memang pergi, tetapi ada tambahan Ciani dan Ederson, serta Zarate dan Floccari yang pulang dari peminjaman.

Pada akhir giornata 10, Lazio berada di posisi empat klasemen di bawah Juventus, Inter dan Napoli. Mengumpulkan 19 poin hasil 6 menang, 1 seri dan 3 kalah. Mencetak 16 gol dan kemasukan 11 gol. Pertandingan yang telah dimainkan adalah: Atalanta 0-1 Lazio, Lazio 3-0 Palermo, Chievo 1-3 Lazio, Lazio 0-1 Genoa, Napoli 3-0 Lazio, Lazio 2-1 Siena, Pescara 0-3 Lazio, Lazio 3-2 Milan, Fiorentina 2-0 Lazio dan Lazio 1-1 Torino.


Dengan segala hormat harus saya katakan, bahwa pada titik ini Reja masih lebih baik daripada Petkovic, baik dari sisi peringkat klasemen maupun parameter poin yang diraih serta selisih gol. Lazio musim lalu, misalnya sama produktifnya dalam mencetak gol, tetapi memiliki pertahanan yang lebih baik. Tidak perlu menyinggung soal ketidakberuntungan akibat nasib atau ulah wasit. Karena Lazio juga pernah beruntung dan pernah diuntungkan wasit, dan hal-hal seperti ini berada di luar kekuasaan klub. Dan Lazio bukan satu-satunya klub yang merasakan hal ini.

Petkovic jelas harus berusaha lebih keras lagi untuk menyamai dan kalau bisa melebihi Reja. Momentum keakraban dengan fans dan media harus dijadikan modal awal untuk memudahkan upaya ini. Hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan esok harus lebih baik daripada hari ini.

Selamat berjuang, Petkovic! Kamu pasti bisa!

Rabu, 31 Oktober 2012

Lazio-Torino, Laga Dua Tim Terluka


Lazio-Torino, Laga Dua Tim Terluka
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dioleh dari http://legaseriea.it
Kontroversi keputusan wasit yang melanda Eropa, tidak hanya Italia, pekan lalu, menimbulkan kemarahan banyak tim. Lazio dan dan Torino adalah dua tim yang turut merasakan hal ini. Oleh karena itu, ini adalah laga antara dua tim yang marah dan terluka.

Torino mengawali musim dengan gemilang, tetapi setelah kemenangan sensasional 5-1 di kandang Atalanta, prestasi tim ini cenderung menurun. Sungguhpun demikian, Torino bukan lawan yang akan dengan mudah ditaklukkan, karena prestasi mereka di kandang lawan lebih baik daripada saat bermain di Stadio Olimpico Torino.

Petkovic untuk pertama kalinya tidak dapat menurunkan dua pemain kuncinya. Ledesma yang tak tergantikan sebagai pemain jangkar serta Hernanes yang merupakan kreator serangan. Brocchi dan Onazi akan menggantikan posisi keduanya, tetap dengan pola 4-1-4-1 dengan Klose sebagai penyerang tunggal. Marchetti, Ederson dan Stankevicius juga masih dilanda cedera, sementara Radu mungkin saja akan melakukan debutnya musim ini dari bangku cadangan.

Giampiero Ventura tak dapat menurunkan Sansone karena hukuman kartu merah serta Santana dan Suciu yang cedera. Bek timnas Italia, Ogbonna dapat diturukan kembali. Kapten Bianchi yang diistirahatkan saat laga melawan Parma akan diturunkan dengan kondisi bugar. Ini pemain yang harus diwaspadai karena dia mencetak sebagian gol Torino. Bianchi pernah bermain untuk Lazio selama setengah musim sebagai pemain pinjaman tahun 2008.

Ini tentu bukan laga ringan bagi Lazio. Tetapi setelah hasil buruk di Stadio Artemio Franchi hari Minggu lalu, tentu para pemain akan memiliki motivasi lebih untuk kembali ke trek kemenangan. Tidak dapat turunnya Hernanes dan Ledesma juga akan memotivasi Brocchi dan Cavanda untuk menunjukkan kualitas mereka kepada Petkovic. Yang harus diwaspadai adalah babak kedua, karena selama ini Lazio cenderung selalu “kalah” di babak kedua. Laga akan ketat, tetapi kualitas Lazio masih di atas Torino, walaupun tidak terlalu jauh berbeda, tetapi cukup untuk memenangi laga dengan dua gol.

Head to head:
Sejak musim 1927/1928 kedua tim telah bertemu di 118 pertandingan. Lazio memenangi 31 laga, Torino 38 laga dan 49 laga lainnya berakhir seri. Terakhir kali kedua tim bertemu adalah pada uji coba pra-musim di Auronzo yang berakhir dengan kemenangan Torino dengan skor 3-0. Walaupun demikian, pada laga resmi, Lazio tidak terkalahkan oleh Torino selama 12 tahun terakhir. Kekalahan terakhir Lazio atas Torino terjadi pada musim 2001/2002 di Stadio Olimpico Torino dengan skor 0-1. Kekalahan terakhir di Stadio Olimpico Roma terjadi pada musim 1994/1995 dengan skor 0-2.
Lima head to head terakhir:
26 Juli 2012 (Pra Musim): Lazio 0-3 Torino
14 Februari 2009 (Serie-A): Lazio 1-1 Torino
22 Januari 2009 (Coppa Italia): Lazio 3-1 Torino
28 September 2008 (Serie-A): Torino 1-3 Lazio
27 Januari 2008 (Serie-A): Torino 0-0 Lazio

Lima Laga Terakhir Lazio:
28 Oktober 2012 (Serie-A): Fiorentina 2-0 Lazio
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio
21 Oktober 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Milan
7 Oktober 2012 (Serie-A): Pescara 0-3 Lazio
4 Oktober 2012 (Liga Europa): Lazio 1-0 Maribor

Lima Laga Terakhir Torino:
28 Oktober 2012 (Serie-A): Torino 1-3 Parma
21 Oktober  2012 (Serie-A): Palermo 0-0 Torino
13 Oktober 2012 (Uji Coba): Torino 2-2 Rijeka
7 Oktober 2012 (Serie-A): Torino 0-1 Cagliari
30 September 2012 (Serie-A): Atalanta 1-5 Torino

Perkiraan Susunan Pemain:
Lazio (4-1-4-1):
1-Albano Bizzari; 29-Abdoulay Konko, 3-Andre Diaz, 20-Giuseppe Biava, 19-Senad Lulic; 32-Cristian Brocchi; 87-Antonio Candreva, 15-Alvaro Gonzalez, 23-Ogenyi Onazi, 6-Stefano Mauri (kapten); 11-Miroslav Klose

Torino (4-3-3):
1-Jean Francois Gillet; 3-Danilo D’Ambrosio, 25-Kamil Glik, 6-Angelo Ogbonna, 17-Salvatore Masiello; 33-Matteo Brighi, 14-Alessandro Gazzi, 20-Giuseppe Vives; 11-Alessio Cerci, 9-Rolando Bianchi (kapten), 10-Alessandro Sgrigna

Wasit:
Antonio Giannoccaro

Penerawangan Mbah Galuh:
Lazio 2-0 Torino

Waktu Pertandingan:
Kamis, 1 November 2012, pukul 02.45 WIB.