Selasa, 27 November 2012

Mempertahankan Dominasi di Olimpico


Mempertahankan Dominasi di Olimpico
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://legaseriea.it
Lazio telah kembali pada trek positifnya setelah memenangi derby. Jumat lalu Mauri dan kawan-kawan memastikan diri lolos ke fase 32 besar Liga Eropa. Seperti kata Petkovic, laga ini penting sebagai awal memenangi semua laga sebelum memasuki liburan Natal. Saat ini Lazio berada di posisi 5 klasemen dengan 23 poin.

Lazio dihadapkan pada masalah cedera Dias dan Brocchi yang dipastikan absen hingga akhir tahun serta tidak fitnya kondisi Hernanes dan Klose. Petkovic telah mengisyaratkan untuk mengistirahatkan Hernanes dan kemungkinan menggantikan posisinya dengan pemain rentan cedera, Ederson. Klose terakhir dikabarkan siap untuk turun.

Masalah yang dihadapi Petkovic tidak seberapa dibandingkan dengan yang dihadapi Guidolin. Tak kurang dari Pinzi, Lazzari, Basta, Benatia dan Muriel harus absen dari laga ini. Performa Udinese sendiri cenderung menurun sejak mengalahkan AS Roma, tidak pernah memetik kemenangan dalam 6 laga berturut-turut dan terpental dari Liga Europa setelah kalah dari Young Boys dan terakhir kali dari Anzhi. Saat ini Udinese berada di peringkat 12 klasemen dengan 16 poin.

Situasi yang dihadapi Udinese justru dapat memotivasi mereka untuk bangkit dalam laga ini, karena kini Di Natale dan kawan-kawan hanya berkonsentrasi di kompetisi domestik. Tetapi rekor Lazio di Olimpico musim ini cukup menimbulkan optimisme, hanya kehilangan 5 angka dari seri lawan Torino dan kalah dari Genoa. Jika pemain mampu menjaga konsentrasi sepanjang 90 menit Lazio akan mampu menghempaskan Udinese dengan selisih dua gol.

Head to head
Sejak pertama kali bertemu pada musim 1950/1951, kedua tim telah bertanding sebanyak 66 kali. Lazio memenangi 26 laga, Udinese memenangi 22 laga dan 18 sisanya berakhir seri. Pertemuan terakhir terjadi di Stadio Friuli di mana Lazio menderita kekalahan 0-2, sedang pertemuan terakhir di Olimpico keduanya bermain imbang 2-2. Kekalahan terakhir Lazio di Olimpico terjadi pada musim 2008/2009 dengan skor 1-3.
Lima head to head terakhir:
30 April 2012 (Serie-A): Udinese 2-0 Lazio
18 Desember 2011 (Serie-A): Lazio 2-2 Udinese
9 Mei 2011 (Serie-A): Udinese 2-1 Lazio
19 Desember 2010 (Serie-A): Lazio 3-2 Udinese
16 Mei 2010 (Serie-A): Lazio 3-1 Udinese

Lima Laga Terakhir Lazio:
23 November 2012 (Liga Europa): Lazio 0-0 Tottenham Hotspurs
18 November 2012 (Serie-A): Juventus 0-0 Lazio
11 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Roma
9 November 2012 (Liga Europa): Lazio 3-0 Panathinaikos
4 November 2012 (Serie-A): Catania 4-0 Lazio

Lima Laga Terakhir Udinese:
22 November 2012 (Liga Europa): Anzhi 2-0 Udinese
18 November 2012 (Serie-A): Udinese 2-2 Parma
11 November 2012 (Serie-A): Chievo 2-2 Udinese
9 November 2012 (Liga Europa): Udinese 2-3 Young Boys
4 November 2012 (Serie-A): Bologna 1-1 Udinese

Perkiraan Formasi Pemain:
Lazio (4-1-4-1):
22-Federico Marchetti, 29-Abdoulay Konko, 2-Michael Ciani, 20-Giuseppe Biava, 26-Stefan Radu; 24-Cristian Ledesma; 15-Alvaro Gonzalez, 7-Ederson, 87-Antonio Candreva, 6-Stefano Mauri (kapten); 11-Miroslav Klose

Udinese (3-5-2):
1-Zeljko Brkic; 16-Andrea Coda, 5-Danilo, 11-Maurizio Domizzi; 6-Marco Davide Faraoni, 37-Roberto Pereyra, 3-Allan, 7-Emmanuele Agyemang-Badu, 26-Giovanni Pasquale; 77-Maicosuel, 10-Antonio Di Natale (kapten)

Wasit:
Giampaolo Calvarese

Penerawangan Mbah Galuh:
Lazio 3-1 Udinese

Waktu Pertandingan:
Rabu Legi, 28 November 2012, pukul 02.45
(Live on TVRI)

Jumat, 23 November 2012

Lazio vs. Tottenham Hotspurs and the "Power of Words"


Lazio vs. Tottenham Hotspurs and the "Power of Words"

photo from: http://goal.com
After Lazio-Tottenham match at Olimpico, London-based media are hilarious, just like a pack of starving wolves finds a piece of decaying bone. They give a large portion of their space for the match. Very small analysis on the match itself, only Villas-Boas’ stupid statement on Bale's disallowed goal, that his side has been robbed 4 goals in their two clashes with Lazio this year.

Daily Express, Soccerway and Daily Star are more interested in accidents outside the pitch. Not so much more on brutal attack to Tottenham fans in Drunken Ship Bar after the police found that most of the attackers were Ultras Roma. For those media the matter has been forgotten if Ultras Lazio has not been involved!

“Free Palestine
A sharp accusation is pointed toward Curva Nord where a “Free Palestine” banner was unrolled and “Juden Tottenham” chants were sung. The media, as well as Villas-Boas, urge UEFA to take firm action against Lazio. Not only to fine Lazio, but also to forbid Biancoceleste to host future European matches. A media even proposes a very absurd recommendation: UEFA is to decide that Tottenham wins the match by 3-0!

Gazza
Paul Gascoigne is another sitting-duck target for them. Gazza is accused to be insensitive and a traitor to the Kingdom by sitting together and laughing over jokes with Lotito and other Lazio directors; while at the very moment his fellow citizens (Spurs fans) were harassed by Lazio fans for something beyond everyone’s power to choose: race.

Di Canio
The media even published editorials and articles on something that happened long time ago. Di Canio’s Roman salutes (not NAZI salute!). And remind their readers of Roma as “Stab City” as if they have amnesia of recent history. Lazio fans never stabbed English fans. The Stab City title was given to the capital after Ultras Roma stabbed fans of MU, Arsenal, Liverpool and Middlesborough.

London-based media tend to exaggerate things, even manipulating facts to build a desired public opinion. It is the “power of words” that has been used by writers all over the world for centuries. So, laziali, please WRITE for our Lazio and use “the power of words” for Biancoceleste!

(by Galuh Trianingsih Lazuardi, sorry for my imperfect English, I’m not a native speaker)

Lazio vs Tottenham Hotspurs: Media Inggris dan "The Power of Words"


Lazio vs Tottenham Hotspurs:
Media Inggris dan The Power of Words
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari: http://goal.com
Media-media Inggris terbitan hari ini bagaikan sekawanan srigala kelaparan mendapatkan sekerat tulang busuk. Ulasan tentang laga Lazio – Tottenham Hotspurs mendapat porsi besar. Hanya sedikit ulasan tentang jalannya pertandingan itu sendiri kecuali kecaman mereka terhadap wasit yang menganulir gol offside Bale ke gawang Marchetti dan mengutip ucapan Villas-Boas, “Empat gol kami ke gawang Lazio dianulir wasit dalam dua pertemuan.”

Daily Express, Soccerway  dan Daily Star lebih banyak mengulas kejadian di luar lapangan. Tidak banyak lagi mengulas tentang penyerangan brutal terhadap fans Tottenham di bar Drunken Ship, setelah polisi mengungkap bahwa pelaku utama penyerangan adalah anggota Ultras Roma, walaupun ada beberapa pendukung Lazio yang juga terlibat. Seolah-olah jika penyerangan biadab itu dilakukan oleh Ultras Roma maka masalah selesai, tetapi jika dilakukan oleh Ultras Lazio, maka itu jadi berita besar.

“Free Palestine
Sorotan paling tajam ditujukan ke arah Curva Nord yang membentangkan spanduk bertuliskan “Free Palestine” seraya meneriakkan yel dalam bahasa Jerman, “Juden Tottenham” yang berarti “Tottenham Yahudi”. Pencampur-adukan sepakbola dengan kegiatan mendukung atau menistakan politik, ras atau agama tertentu memang dilarang keras dalam peraturan UEFA. Maka Villas-Boas dan media Inggris sekali lagi mendesak badan sepakbola tertinggi Eropa itu untuk mengambil tindakan tegas terhadap Lazio. Bukan hanya denda tetapi juga larangan menggelar laga Eropa dengan penonton di Olimpico. Daily Star bahkan mengusulkan sesuatu yang sangat bodoh: menyatakan Spurs menang 3-0 atas Lazio!

Gazza
Paul Gascoigne juga tak kalah keras mendapat kecaman. Gazza yang terlihat tertawa-tawa dan bercanda dengan para direktur Lazio sepanjang pertandingan dianggap telah menyakiti dan menghianati rakyat Inggris. Menikmati kedekatannya dengan fans Lazio yang membentangkan spanduk Lion-hearted, headstrong, pure talent, real man – still our hero”  (berhati singa, kuat, berbakat – masih jadi pahlawan kami) di Curva Nord. Gazza dianggap berhianat karena pada saat yang sama fans Tottenham dilecehkan karena sesuatu yang berada di luar kekuasaan setiap orang untuk memilih: ras dan keturunannya.

Di Canio
Media-media Inggris menurunkan editorial dan berita yang menarik waktu hingg jauh mundur ke belakang. Salam ala Romawi oleh Paolo Di Canio (bukan ala NAZI, karena Hitler hanya menjiplak salam itu) kembali dibahas. Julukan kota Roma sebagai “Stab City” (Kota Penikaman) kembali didengungkan, seolah mereka terkena amnesia bahwa fans Lazio tidak pernah melakukan penikaman terhadap fans Inggris. Ultras Roma-lah yang memiliki sejarah menikam fans MU, Arsenal, Liverpool dan Middlesborough tiap kali AS Roma menjamu mereka.

Itulah media Inggris yang gemar sensansi, lebay dan pandai memutar-balikkan fakta, membentuk opini publik yang negatif terhadap Lazio dan laziali. Tetapi itulah kekuatan kata (the power of words) yang selalu dimanfaatkan efektifitasnya sepanjang masa oleh para penulis. Oleh karena itu wahai Laziali: MENULISLAH bagi Lazio kita!

Kamis, 08 November 2012

Lazio vs Panathinaikos, Rotasi Tim Terluka Menjelang Derby


Lazio vs Panathinaikos, Rotasi Tim Terluka Menjelang Derby
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://uefa.com
Akhirnya Petkovic tidak punya pilihan lain selain melakukan rotasi timnya. Kekukuhan Petkovic untuk terus memainkan “starting eleven” yang sama berbuah petaka dengan mencatat dua kekalahan telak dan 1 seri dari tiga laga Serie-A terakhir, kemasukan 7 gol dan hanya berhasil menyarangkan 1 gol.

Lazio dalam kondisi terluka, dan kurang dari tiga hari lagi dihadapkan pada laga paling bergengsinya tiap musim, Derby della Capitale. Reja memenangi dua derby musim lalu, dan hingga kini pencapaian Petkovic masih cukup jauh di bawah Reja. Maka Petkovic akan mengkonsentrasikan laga untuk derby, sekaligus menjaga laga lawan Panathinaikos untuk modal moral menjelang laga lawan AS Roma.

Petkovic akan memainkan pola 4-4-2 dengan menduetkan Floccari dengan Kozak di depan, sekaligus memberi istirahat penuh bagi Klose. Zarate akan memulai dari bangku cadangan dan, jika diturunkan sebagai pengganti, merupakan kesempatan terakhir baginya untuk membuktikan diri di hadapan The Doctor, bahwa pembelaan sang allenatore untuk dirinya adalah tindakan benar.

Empat pemain belakang akan diisi oleh pemain yang sama sekali berbeda dengan menduetkan Cana dan Ciani di jantung pertahanan, didampingi Scaloni dan Radu di sayap. Ini adalah debut Radu musim ini setelah istirahat panjang. Konko dan Dias bahkan sama sekali tidak didaftarkan untuk laga ini. Sementara Marchetti akan kembali diturunkan untuk memperkuat gawang Lazio, sekaligus pra-kondisi sebelum turun di derby setelah sebulan absen karena cedera.

Di tengah, Ledesma tetap menjadi jangkar dan dilapis oleh pemain muda Onazi yang kuat dalam membantu pertahanan. Sementara Mauri, seperti biasanya akan secara ketat mendampingi kedua striker. Ederson, seperti sepanjang karirnya, belum dapat diturunkan dan lebih banyak menghuni ruang perawatan.

Berbeda dengan Lazio, Panathinaikos berada dalam tren kebangkitan dengan tidak terkalahkan di 5 laga terakhirnya, termasuk memetik kemenangan di laga domestik terakhir. Posisinya yang hanya terpaut 3 poin dari Lazio memberi motivasi kepada mereka untuk memetik kemenangan pertama di Olimpico dan minimal menyamai poin Biancocelesti. Grup J Liga Eropa memang sangat ketat, keempat tim memiliki peluang sama besar untuk lolos ke fase knock out.

Laga sulit menjelang derby. Dengan konsentrasi yang terbagi ke derby, hasil seri akan menjadi kemungkinan yang sangat mungkin terjadi. Tetapi dengan konsistensi dan determinasi dari sebuah tim yang tengah terluka, kemenangan tipis bukan mustahil untuk digapai.

Head to head:
8 Agustus 2007 (Pra Musim): Lazio 2-1 Panathinaikos
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio


Lima Laga Terakhir Lazio:
4 November 2012 (Serie-A): Catania 4-0 Lazio
1 November 2012 (Serie-A): Lazio 1-1 Torino
28 Oktober 2012 (Serie-A): Fiorentina 2-0 Lazio
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio
21 Oktober 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Milan

Lima Laga Terakhir Panathinaikos:
4 November 2012 (Super League): Panathinaikos 1-0 AEK Athena
29 Oktober 2012 (Super League): OFI 2-2 Panathinaikos
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio
21 Oktober  2012 (Super League): Panathinaikos 1-1 Aris
7 Oktober 2012 (Super League): Xanthi 1-2 Panathinaikos

Perkiraan Susunan Pemain:
Lazio (4-4-2):
22-Federico Marchetti; 5-Lionel Scaloni, 2-Michael Ciani, 27-Lorik Cana, 26-Stefan Radu; 24-Cristian Ledesma, 23-Ogenyi Onazi, 15 Alvaro Gonzalez, 6-Stefano Mauri (kapten); 99-Sergio Floccari, 18-Libor Kozak

Panathinaikos (4-3-3):
27-Orestis Karnezis; 16-Giourkas Seitaridis, 44-Jose Manuel Velazquez, 41-Diamantis Chouchoumis, 31-Nikos Spyropoulos; 34-Spyros Fourlanos, 6-Vitolo, 17-Zeca; 7-Charis Mavrias, 9-Toche, 61-Quincy Owusu-Abeyie

Wasit:
Robert Schorgenhofer (Austria)

Penerawangan Mbah Galuh:
Lazio 1-1 Panathinaikos

Waktu Pertandingan:
Jumat, 9 November 2012, pukul 03.05 WIB

Sabtu, 03 November 2012

Catania-Lazio, Upaya Kedua untuk Bangkit


Catania – Lazio, Upaya Kedua untuk Bangkit
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://legaseriea.it
Usai dikalahkan Fiorentina, Lazio gagal kembali ke jalur kemenangan dengan ditahan Torino 1-1 di Olimpico tengah pekan ini. Kini kesempatan tertunda itu kembali terbuka saat bertandang ke Stadio Angelo Massimino menghadapi tuan rumah Catania. Situasi yang sama juga juga dihadapi Catania, yang gagal memenangi 4 laganya usai membukukan kemenangan 2-0 atas Parma. Hasil seri 2-2 di kandang Udinese akan menjadi modal semangat bagi Lodi dan kawan-kawan.

Petkovic tak dapat menurunkan Klose yang menjalani hukuman akibat mengoleksi 4 kartu kuning, serta Marchetti dan Ederson yang masih berkutat dengan penyembuhan cederanya. Tetapi “the Doctor” kembali dapat menurunkan Ledesma dan Hernanes, sehingga akan kembali memainkan pola 4-1-4-1 dengan menempatkan Rocchi sebagai penyerang tunggal.

Pelatih Rolando Maran tidak dapat menurunkan penyerang Keko dan bek Blazej Augustyn yang cedera. Maran akan tetap memainkan sepakbola agresifnya dengan skema 3-5-2 dan menurunkan tujuh pemain Argentina termasuk Bergessio dan Gomez sebagai tombak kembar.

Lazio akan termotivasi untuk memenangkan laga keras ini, karena posisinya kini makin tertinggal dari Juventus sang pemuncak klasemen, Inter dan Napoli. Tidak ada pilihan lain kecuali meraih tiga poin, apalagi pekan depan, sehabis menjamu Panathinaikos, Lazio akan menghadapi Roma di Derby della Capitale yang pertama bagi Petkovic.

Head to Head:
Sejak musim 1954/1955, kedua tim telah bertemu sebanyak 26 kali dengan Lazio memenangi 8 laga, Catania memenangi 9 laga dan 8 laga berakhir imbang. Pertemuan terakhir terjadi di Stadio Angelo Massimino musim lalu, saat Lazio kalah 0-1. Kemenangan terakhir Lazio atas Catania juga terjadi di tempat yang sama yaitu musim 2010/2011 saat Lazio menang dengan skor 4-1.
Lima Head to Head terakhir:
18 Maret 2012 (Serie-A): Catania 1-0 Lazio
26 Oktober 2011 (Serie-A): Lazio 1-1 Catania
17 April 2011 (Serie-A): Catania 1-4 Lazio
28 November 2010 (Serie-A): Lazio 1-1 Catania
7 Februari 2010 (Serie-A): Lazio 0-1 Catania

Empat laga terakhir Catania:
31 Oktober 2012 (Serie-A): Udinese 2-2 Catania
28 Oktober 2012 (Serie-A): Catania 0-1 Juventus
21 Oktober 2012 (Serie-A): Inter 2-0 Catania
7 Oktober 2012 (Serie-A): Catania 2-0 Parma
30 September 2012 (Serie-A): Bologna 4-0 Catania

Empat laga terakhir Lazio:
1 November 2012 (Serie-A): Lazio 1-1 Torino
29 Oktober 2012 (Serie-A): Fiorentina 2-0 Lazio
25 Oktober 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-1 Lazio
21 Oktober 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Milan
7 Oktober 2012 (Serie-A): Pescara 0-3 Lazio

Perkiraan Susunan Pemain:
Catania (3-5-2):
21-Mariano Andujar; 5-Alexis Rolin, 6-Nicola Legrottaglie, 3-Nicolas Spolli; 13-Mariano Izco (kapten), 10-Francesco Lodi, 4-Sergio Almiron, 28-Pablo Barrientos, 12-Giovanni Marchese; 9-Gonzalo Bergessio, 17-Alejandro Gomez

Lazio (4-1-4-1):
1-Albano Bizzari; 29-Abdoulay Konko, 3-Andre Dias, 20-Giuseppe Biava, 19-Senad Lulic; 24-Cristian Ledesma; 87-Antonio Candreva, 15-Alvaro Gonzalez, 8-Anderson Hernanes, 6-Stefano Mauri; 9-Tommaso Rocchi (kapten)

Wasit:
Paolo Silvio Mazzoleni

Penerawangan Mbah Galuh:
Catania 0-1 Lazio

Waktu Pertandingan:
Minggu, 4 November 2012, pukul 21.00 WIB.

Klose, Dari Pengatur Serangan Hingga Kartu Kuning Keempat


Klose, Dari Pengatur Serangan Hingga Kartu Kuning Keempat
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari http://lalazio24.it
 Ada pemandangan menarik saat Lazio menjamu Torino di Olimpico tengah pekan lalu. Klose tidak mencetak gol pada laga itu. Tetapi Laziali di curva nord Olimpico melakukan yel khusus untuk mengapresiasi pemain berusia 34 tahun ini, minimal dua kali. Sambutan yang tak kalah meriah dengan ketika Mauri mencetak gol penyeimbang dan ketika papan skor menayangkan berita kekalahan AS Roma dari Parma.

Lazio turun tanpa dua pemain pentingnya: Ledesma, si pengatur kedalaman lapangan tengah, dan Hernanes, si kreator serangan. Hal ini membuat Miroslav Klose bermain lebih dalam dan menggantikan peran Hernanes sebagai pengatur serangan, memberikan kotak penalti Torino sepenuhnya kepada Tommaso Rocchi.

Kerja keras yang ditunjukkan Klose tak luput dari pandangan Laziali di curva nord Olimpico. Berulang kali mereka meneriakkan yel, “Klose, Klose....” sebagai apresiasi atas pembuktian Klose yang memendam habis egonya sebagai striker dan mendedikasikan sepenuh tenaganya bagi kepentingan tim. Padahal, satu gol lagi, Klose akan menjadi pemuncak pencetak gol Serie A musim ini. Itulah Klose. Baginya kepentingan tim diletakkan di atas pamor pribadi. Sikap semacam inilah yang membuat dirinya menjadi bintang besar.

Pemandangan menarik kedua terjadi menjelang akhir laga. Klose yang merasa dirinya tidak melakukan pelanggaran, memrotes wasit yang meniup peluit. Menilai protesnya terlalu keras, wasit mengeluarkan kartu kuning bagi Klose. Bersamaan dengan itu, Laziali di curva nord membahana, menyambut kartu kuning ini seakan-akan Klose mencetak gol, “Klose, Klose.....” Mengapa?

Saat memulai laga lawan Torino, Klose sudah mengantungi 3 kartu kuning. Dengan satu tambahan lagi di laga ini, maka genaplah 4 kartu kuning dikoleksinya, yang berarti Klose tidak dapat memperkuat Lazio saat bertandang ke Stadio Angelo Massimino menantang Catania akhir pekan ini. Dan Laziali menarik napas lega menyambut kartu kuning keempat Klose. Mengapa?

Pekan depan Lazio akan menghadapi laga penting, Derby della Capitale pertama bagi Petkovic. Seandainya kartu kuning keempat Klose diterimanya di Stadio Angelo Massimino, maka berarti Klose harus absen dari derby terpanas di Eropa ini. Padahal musim lalu Klose membuktikan peran signifikannya di derby. Pada derby pertamanya Klose mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir laga. Pada derby keduanya, tusukan Klose ke daerah penalti Roma membawa berkah: dikartumerahkannya Stekelenburg dan dicetaknya gol oleh Hernanes dari titik penalti.

Klose memang tak dapat memperkuat timnya saat berlaga melawan Catania. Floccari, atau kemungkinan besar Rocchi, akan menggantikan peran Klose. Ledesma dan Hernanes sudah dapat berlaga lagi dalam kondisi bugar. Giliran Klose beristirahat. Dan kemungkinan besar Klose juga akan diistirahatkan saat menjamu Panathinaikos di matchday 4 Liga Eropa tengah pekan depan. Klose akan tampil bugar pada derby dan kita akan menanti keajaibannya.

Kamis, 01 November 2012

Hingga Saat Ini Reja Masih Di Atas Petkovic


Hingga Saat Ini Reja Masih Di Atas Petkovic
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari http://lazioland.com
Serie A musim ini telah menyelesaikan 10 pertandingan. Masih tersisa 28 putaran lagi, apa yang dicapai masing-masing tim belum bisa menggambarkan posisi akhir klasemen. Tiap tim secara teoritis masih mungkin meraih scudetto atapun terdegradasi ke Serie B.

Lazio memulai musim dengan harapan baru di bawah pelatih baru. Permainan Lazio berubah, bukan pada sistem saja tetapi lebih pada pola. Lazio kini lebih indah untuk dinikmati dengan pola menyerangnya, sangat berbeda dengan dua musim terdahulu yang cenderung memainkan sepakbola negatif yang pragmatis.

Petkovic segera menjadi pujaan hati Laziali. Berlainan dengan Reja yang arogan, meledak-ledak, temperamental serta tidak akrab dengan fans dan media, Petkovic adalah pribadi yang santun, rendah hati, tenang serta akrab dengan fans dan media. Petkovic memiliki kemampuan public relation yang lebih daripada sekedar memadai untuk menjadikannya sebagai media darling dan fans darling. Bukti paling nyata adalah ketika Petkovic menyingkirkan Zarate, fans cenderung diam, bahkan Zarate dicemooh ketika diganti saat melawan Genoa. Padahal, musim lalu Reja lah yang dicemooh dan dimusuhi fans Lazio ketika mendepak Zarate.

Tetapi di atas segalanya, Lazio membutuhkan seorang pelatih yang mampu mengangkat prestasinya, bukan sekedar seorang selebritas yang dipuja-puji. Tolok ukur sebenarnya adalah prestasi tim di lapangan, bukan di headline media.

Perjalanan memang masih panjang. Petkovic memberi harapan bahwa Lazio akan mampu masuk zona Liga Champions di akhir musim. Tetapi marilah kita berhenti di akhir giornata 10 ini dan membandingkan apa yang telah dicapai kedua pelatih tersebut pada titik yang sama pada musim masing-masing. Reja pada musim 2010/2011 dan 2011/2012, dengan Petkovic saat ini.

Musim 2010/2011 – Edoardo Reja:
Skuad inti, secara kualitatif tidak lebih baik daripada tim musim ini. Zarate sudah ada di skuad, sementara kiper dan bek kanan ditempati Muslera dan Lichtsteiner. Floccari, Kozak, Hernanes dan Gonzalez baru bergabung.

Pada akhir giornata 10, Lazio berada di puncak klasemen sebagai capolista. Mengumpulkan 22 poin hasil 7 menang, 1 seri, 2 kalah. Mencetak 13 gol dan kemasukkan 8 gol. Pertandingan yang telah dimainkan adalah: Sampdoria 2-0 Lazio, Lazio 3-1 Bologna, Fiorentina 1-2 Lazio, Lazio 1-1 Milan, Chievo 0-1 Lazio, Lazio 1-0 Brescia, Bari 0-2 Lazio, Lazio 2-1 Cagliari, Palermo 0-1 Lazio dan Lazio 0-2 Roma.

Musim 2011/2012 – Edoardo Reja:
Skuad inti musim ini boleh dikatakan sama dengan skuad ini. Zarate dan Floccari memang dipinjamkan, Muslera dan Lichtsteiner dijual; tetapi Marchetti, Konko, Cana, Stankevicius, Lulic, Cisse dan Klose datang. Diakite kembali dari peminjaman.

Setelah berlaga 10 kali, Lazio berada di posisi dua klasemen di bawah Udinese. Mengumpulkan 21 poin hasil 6 menang, 3 seri dan 1 kalah. Mencetak 16 gol dan kemasukkan 8 gol. Pertandingan yang telah dimainkan adalah: Milan 2-2 Lazio, Lazio 1-2 Genoa, Cesena 1-2 Lazio, Lazio 0-0 Palermo, Fiorentina 1-2 Lazio, Lazio 2-1 Roma, Bologna 0-2 Lazio, Lazio 1-1 Catania, Cagliari 0-3 Lazio dan Lazio 1-0 Parma.

Musim 2012/2013 – Vladimir Petkovic:
Skuad Lazio tidak banyak berubah. Cisse memang pergi, tetapi ada tambahan Ciani dan Ederson, serta Zarate dan Floccari yang pulang dari peminjaman.

Pada akhir giornata 10, Lazio berada di posisi empat klasemen di bawah Juventus, Inter dan Napoli. Mengumpulkan 19 poin hasil 6 menang, 1 seri dan 3 kalah. Mencetak 16 gol dan kemasukan 11 gol. Pertandingan yang telah dimainkan adalah: Atalanta 0-1 Lazio, Lazio 3-0 Palermo, Chievo 1-3 Lazio, Lazio 0-1 Genoa, Napoli 3-0 Lazio, Lazio 2-1 Siena, Pescara 0-3 Lazio, Lazio 3-2 Milan, Fiorentina 2-0 Lazio dan Lazio 1-1 Torino.


Dengan segala hormat harus saya katakan, bahwa pada titik ini Reja masih lebih baik daripada Petkovic, baik dari sisi peringkat klasemen maupun parameter poin yang diraih serta selisih gol. Lazio musim lalu, misalnya sama produktifnya dalam mencetak gol, tetapi memiliki pertahanan yang lebih baik. Tidak perlu menyinggung soal ketidakberuntungan akibat nasib atau ulah wasit. Karena Lazio juga pernah beruntung dan pernah diuntungkan wasit, dan hal-hal seperti ini berada di luar kekuasaan klub. Dan Lazio bukan satu-satunya klub yang merasakan hal ini.

Petkovic jelas harus berusaha lebih keras lagi untuk menyamai dan kalau bisa melebihi Reja. Momentum keakraban dengan fans dan media harus dijadikan modal awal untuk memudahkan upaya ini. Hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan esok harus lebih baik daripada hari ini.

Selamat berjuang, Petkovic! Kamu pasti bisa!