Senin, 10 Desember 2012

Mengumpulkan Modal untuk Menggeser Inter


Mengumpulkan Modal untuk Menggeser Inter
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
©2012

grafis dari http://legaseriea.it
Ini laga sangat penting dan berarti bagi Lazio. Memenangi laga ini berarti Lazio akan kokoh menempati posisi 4 klasemen, terima kasih untuk perjuangan tetangga yang mengalahkan Fiorentina. Sangat berarti karena di matchday berikutnya Lazio akan menjamu Inter dan memiliki kesempatan besar untuk memasuki posisi tiga besar.

Petkovic akan kembali ke formasi 4-1-4-1. Eksperimennya dengan 3-4-3 saat mengandaskan Maribor Jumat lalu tidak memberikan kepuasan bagi sang pelatih. Menurut Petkovic, skor kemenangan 4-1 tidak menunjukkan kepiawaian Lazio bermain 3-4-3 melainkan hanya menunjukkan bahwa Maribor bermain buruk.

Petkovic tidak dapat menurunkan Marchetti, Konko, Dias, Rocchi dan Brocchi yang cedera. Kabar terakhir Floccari juga cedera. Dan, tidak mengejutkan, Ederson kembali masuk ruang perawatan. Kita harus menerima kenyataan bahwa Ederson akan lebih banyak melewatkan waktu di Klinik Paideia daripada di atas lapangan. Walaupun demikian ada sebuah kabar baik pada saat terakhir: Klose pulih dan siap dimainkan.

Stefano Pioli juga dilanda badai cedera. Gimenez, Curci, Natali, Acquafresca yang cedera dan Gabbiadini yang menjalani hukuman. Penampilan Bologna memang tidak sekonsisten Lazio, tetapi Bologna sangat sukar dikalahkan di stadio Renato Dall’Ara.

Sekali lagi Mauri dan kawan-kawan berada di laga persimpangan jalan untuk menentukan posisi Lazio menjelang liburan Natal. Bermain cerdik dan berjuang 90 menit adalah mutlak untuk membawa pulang tiga poin. Ledesma harus sangat berhati-hati dalam bermain karena telah mengantungi 3 kartu kuning. Satu kartu kuning di laga lawan Bologna berarti pemain tak tergantikan ini akan harus absen saat menjamu Inter.

Memenangi laga ini penting sebagai modal awal sebelum menggeser Inter dari posisi tiga klasemen pada matchday mendatang.

Head to head:
Sejak musim 1928/1929 Lazio telah bertemu Bologna sebanyak 120 kali. Keduanya masing-masing memenangi 45 laga sedang 30 sisanya berakhir imbang. Lazio memasukkan 166 gol sedang Bologna 175 gol. Lazio memenangi pertemuan terakhir di Stadio Renato Dall’Ara dengan skor 2-0.
Lima head to head terakhir:
11 Maret 2012 (Serie-A): Lazio 1-3 Bologna
23 Oktober 2011 (Serie-A): Bologna 0-2 Lazio
23 Januari 2011 (Serie-A): Bologna 3-1 Lazio
12 September 2010 (Serie-A): Lazio 3-1 Bologna
11 April 2010 (Serie-A): Bologna 2-3 Lazio

Lima laga terakhir Bologna:
2 Desember 2012 (Serie-A): Bologna 2-1 Atalanta
28 November 2012 (Coppa Italia): Bologna 1-0 Livorno
25 November 2012 (Serie-A): Sampdoria 1-0 Bologna
18 November 2012 (Serie-A): Bologna 3-0 Palermo
11 November 2012 (Serie-A): Torino 1-0 Bologna

Lima laga terakhir Lazio:
7 Desember 2012 (Liga Europa): Maribor 1-4 Lazio
2 Desember 2012 (Serie-A): Lazio 2-1 Parma
28 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-0 Udinese
22 November 2012 (Liga Europa): Lazio 0-0 Tottenham Hotspur
17 November 2012 (Serie-A): Juventus 0-0 Lazio

Perkiraan Formasi:
Bologna (3-4-2-1):
25-Federico Agliardi; 5-Mikael Antonsson, 43-Federik Sorensen, 21-Nicolo Cherubin; 8-Gyorgy Carics, 6-Saphir Taider, 15-Diego Perez, 3-Archimede Morleo; 33-Panagiotis Kone, 23-Alessandro Diamanti, 10-Alberto Gilardino

Lazio (4-1-4-1):
1-Albano Bizzari; 39-Luis Pedro Cavanda, 2-Michael Ciani, 20-Giuseppe Biava, 26-Stefan Radu; 24-Cristian Ledesma; 87-Antonio Candreva, 15-Alvaro Gonzalez, 8-Anderson Hernanes, 6-Stefano Mauri (kapten); 11-Miroslav Klose
Stefano pioli

Wasit:
Antonio Damato

Penerawangan Mbah Galuh:
Bologna 1-2 Lazio

Kick Off:
Selasa Wage, 11 Desember 2012, pukul 03.00 WIB

Jumat, 07 Desember 2012

Laziali and "No Racism" Campaign


Laziali and “No Racism” Campaign
by Galuh Trianingsih Lazuardi


from fotolia
Are Lazio fans racists? I would answer, yes, there is a part of Laziali that is racist, maybe not the majority but, unfortunately, they are loud enough. Media have tendency to exaggerate things, but exaggeration can only be done from something that exists.

We have to be brave enough to admit it. There is no loyalty without honesty. If we only admit the bright side and hide or deny the dark side of Lazio, we are not loyalists. We are just glory hunters instead. Our loyalty to Lazio is an honest loyalty. Launching a “No Racism” campaign means there is a problem with racism amongst Laziali, however small it is. If not, why bother to start the campaign at all?

Racism is usually defined as views, practices and actions reflecting the belief that humanity is divided into distinct primordial groups called races, ethnicity, religions and nationality, and that members of a certain group share certain attributes which make that group as a whole less desirable, more desirable, inferior or superior.

If we hate, harass or hurt people based on their race, religion, ethnicity or nationality, then we are racists. We can never choose what race, ethnicity or nationality we are from. We, too, can never choose from particular parents with certain religion or belief we would be born.

Let’s look at the recent affairs which pushed racism bitterly into football as a good example. If you support “Free Palestine”, you are not a racist. It’s a political choice. Indonesia constitution even puts, “Freedom is the rights of all nations on earth” as the first sentence. If you criticise military policy of the Republic of Israel or for human rights violations, that is acceptable too. Supporting human rights is universal. But if you curse, condemn let alone harass Jews, that is racism because Jew is an ethnic and a religion.

Now we are having a great momentum to declare ourselves to be Anti-Racists. But anti-racism is not just uploading your smiling picture holding pieces of paper with “No Racism” message on it. By proclaiming ourselves as anti-racists we are committed not to do any racist actions in supporting Lazio. In any form of action, at all. If we don’t have that commitment, this campaign is just a superficial campaign, a cosmetic effort. Are we brave enough to bear those consequences?

Being a racist is bad enough. But combining it with hypocrisy and lies will only make it worse.

Laziali dan "No Racism"


Laziali dan “No Racism”
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
©2012

grafis dari http://fotolia.it
Apakah fans Lazio rasis? Jawaban jujur adalah, ya, ada bagian yang cukup vokal walaupun bukan mayoritas, yang dari masa ke masa menunjukkan indikasi rasisme. Media memang cenderung membesar-besarkan, tetapi sumber masalah ini memang ada, betapapun kecilnya.

Kita tidak perlu menutup-nutupi hal itu, karena loyalitas mutlak harus berjalan beriringan dengan kejujuran. Tanpa kejujuran tidak ada loyalitas. Jika hanya mau mengakui hal yang baik dan menyembunyikan yang buruk, maka kita tidak lebih daripada “glory hunter”. Loyalitas kita kepada Lazio adalah loyalitas yang jujur.

Saat ini sedang diluncurkan gerakan anti-rasis di kalangan fans Lazio. Itu menunjukkan bahwa memang ada masalah rasisme di tubuh pendukung Lazio. Kalau tidak, buat apa gerakan ini?

Pengertian Rasisme
Rasisme adalah segala bentuk pemikiran, ucapan baik lisan maupun tertulis, perilaku dan tindakan yang berdasar kepada sebuah kepercayaan bahwa manusia terbagi atas ras, suku, keturunan, agama dan kebangsaan yang menunjukan unsur baik-buruk, terhormat-hina, superior-inferior, menguasai-dikuasai.

Singkatnya, rasisme adalah jika kita menganggap orang atau sekelompok orang lain lebih buruk daripada kita karena perbedaan ras, suku, keturunan, agama dan kebangsaannya. Rasisme selalu mengacu kepada hal-hal yang berada di luar kekuasaan manusia untuk menentukan. Kita tidak pernah dapat memilih dari ras apa kita dilahirkan, dari suku bangsa apa, dari orangtua beragama apa dan dari kebangsaan apa. Menghina, melakukan diskriminasi apalagi melakukan kekerasan hanya karena perbedaan-perbedaan tadi, itulah rasisme.

Yahudi dan Malaysia
Marilah kita ambil contoh beberapa kejadian hangat. Pertama, tentang masuknya konflik Palestina-Israel ke sepakbola. Membela berdirinya negara Palestina (Palestina Merdeka/Free Palestine) adalah bukan rasis, itu sikap politik yang memperjuangkan hak tiap bangsa untuk merdeka. Mengkritisi politik luar negeri Israel yang menekan dan melanggar HAM bangsa Palestina, itu juga bukan rasis. Jangankan negara lain, kita pun sering mengkritisi pemerintah kita sendiri untuk pembiaran pelanggaran HAM.

Tetapi memaki Yahudi, apalagi menggunakan kata-kata kasar, kotor dan mengeluarkan perbendaharaan koleksi kebun binatang, itu jelas rasis. Yahudi adalah sebuah ras, sebuah bangsa dan agama. Menjadi seorang Yahudi bukan pilihan tetapi keniscayaan, seperti halnya kita tidak pernah memilih untuk dilahirkan dari orangtua berkebangsaan Indonesia.

Kedua, tentang Indonesia-Malaysia. Membela bangsa kita dari pelanggaran hak cipta dan HAM, bukan rasis, itu mulia. Mengkritisi Kerajaan Malaysia atas pembiaran terhadap hal tersebut juga bukan rasis. Tetapi menghina, memaki bangsa Malaysia, memelesetkannya menjadi malingsia, alaysia dan sejenisnya, itu jelas rasis.

Sukai atau bencilah seseorang atau sekelompok orang karena APA YANG DIPERBUATNYA, bukan karena SIAPA DIA.

Anti-Rasisme
Kini ada momentum bagi kita untuk mendeklarasikan diri bahwa Laziali bukan rasis. Mari kita proklamasikan diri kita bahwa kita anti-rasis. Menjadi seorang anti-rasis tidak sekedar mengirimkan foto kita yang “nyengir” sambil memegang sehelai kertas bertuliskan “No Racism”. Konsekuensinya, kita harus meninggalkan segala ucapan, tulisan dan sikap rasis secara total. Kalau kita bangga menyatakan diri sebagai anti-rasis, tetapi masih memaki Yahudi dan bangsa Malaysia, maka komitmen kita jelas mendua. Kita tidak percaya pada penggunaan standar ganda. Kita tidak membalas tindakan rasis dengan balasan rasis juga. Karena kita juga akan menjadi rasis.

Menjadi seorang rasis, itu sudah cukup buruk. Kalau ditambah lagi dengan sikap munafik, bukan hanya buruk, tetapi parah. Cukup beranikah kita untuk mendeklarasikan diri sebagai Anti-Rasis dan konsekuen dengan segala tindakan kita? Kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan tindakan nyata.

Kamis, 06 Desember 2012

Bermain Cerdik di Suhu Membeku


Bermain Cerdik di Suhu Membeku
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://uefa.com
Lazio sudah dipastikan lolos dari fase grup, sedangkan Maribor sudah dipastikan tersisih. Tetapi sebuah kemenangan akan memastikan Lazio memasuki fase knock out 32 besar sebagai juara grup, yang berati terhindar dari lawan berat di fase tersebut.

Maribor jelas akan bermain mati-matian mempertahankan kehormatannya sebagai tim terbaik Slovenia di hadapan pendukungnya. Mereka diuntungkan dengan posisinya sebagai tuan rumah dan cuaca dingin yang telah terbiasa dihadapinya. Menurut ramalan cuaca, laga akan berlangsung pada suhu di sekitaran nol derajat Celcius.

Petkovic akan melakukan banyak rotasi pemain, karena kondisi cedera yang menimpa beberapa pemain intinya. Konko, Dias, Klose dan Marchetti tidak dibawa karena alasan tersebut. Biava, walaupun ikut serta ke Slovenia, juga tidak dalam kondisi fit. Petkovic juga harus memikirkan dua laga di penghujung tahun sebelum liburan Natal melawan Bologna dan Inter di Serie A, hingga tampaknya akan menyimpan Hernanes, Radu dan dan Mauri di bangku cadangan.

Kepusingan Petkovic adalah memilih satu di antara Kozak dan Floccari di lini depan. Floccari dijagokan oleh polling di antara banyak fans Lazio di Eropa. Dan tampaknya keduanya akan diturunkan dan Lazio mengubah 4-1-4-1 menjadi 4-4-2 dalam laga ini.

Laga yang tidak menentukan memang, tetapi seperti biasanya, Petkovic menganut falsafah bahwa tiap laga harus dimenangkan. Bermain cerdik, taktis dan efisien menjadi pilihan Ledesma dan kawan-kawan jika ingin membawa pulang 3 poin ke kota Roma. Suhu yang membekukan akan menjadi tantangan utama, tetapi jika Lazio mampu menerapkan tiga hal tadi, maka kemenangan bukan hal yang mustahil.

Head to Head:
29 September 2009 (Liga Champions): Lazio 4-0 Maribor
19 Oktober 2009 (Liga Champions): Maribor 0-4 Lazio
4 Oktober 2012 (Liga Europa): Lazio 1-0 Maribor

Lima Laga Terakhir Maribor:
2 Desember 2012 (1.SNL): Mura 05 1-2 Maribor
28 November 2012 (1.SNL): Domzale 2-2 Maribor
25 November 2012 (1.SNL): Maribor 3-0 Koper
22 November 2012 (Liga Europa): Panathinaikos 1-0 Maribor
17 November 2012 (1.SNL): Gorica 1-6 Maribor

Lima Laga Terakhir Lazio:
2 Desember 2012 (Serie-A): Lazio 2-1 Parma
28 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-0 Udinese
23 November 2012 (Liga Europa): Lazio 0-0 Tottenham Hotspur
18 November 2012 (Serie-A): Juventus 0-0 Lazio
11 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Roma

Perkiraan Susunan Pemain:
Maribor (4-3-1-2):
33-Jasmin Handanovic; 26-Aleksander Rajcevic, 24-Dejan Trajkovski, 22-Nejc Potokar, 44-Arghus; 5-Zeljko Filipovic, 6-Martin Milec, 70-Ales Mertelj; 10-Agim Ibraimi;  9-Marcos Tavarez (kapten), 32-Robert Beric

Lazio (4-4-2):
1-Albano Bizzari; 5-Lionel Scaloni, 2-Michael Ciani, 27-Lorik Cana, 39-Luis Pedro Cavanda; 24-Cristian Ledesma (kapten), 23-Ogenyi Onazi; 7-Ederson, 19-Senad Lulic; 18-Libor Kozak, 99-Sergio Floccari

Wasit:
Itsvan Vad (Hungaria)

Penerawangan Mbah Galuh:
Maribor 0-1 Lazio

Waktu Pertandingan:
Jumat, 7 Desember 2012 pukul 03.05 WIB

Selasa, 27 November 2012

Mempertahankan Dominasi di Olimpico


Mempertahankan Dominasi di Olimpico
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

grafis dari http://legaseriea.it
Lazio telah kembali pada trek positifnya setelah memenangi derby. Jumat lalu Mauri dan kawan-kawan memastikan diri lolos ke fase 32 besar Liga Eropa. Seperti kata Petkovic, laga ini penting sebagai awal memenangi semua laga sebelum memasuki liburan Natal. Saat ini Lazio berada di posisi 5 klasemen dengan 23 poin.

Lazio dihadapkan pada masalah cedera Dias dan Brocchi yang dipastikan absen hingga akhir tahun serta tidak fitnya kondisi Hernanes dan Klose. Petkovic telah mengisyaratkan untuk mengistirahatkan Hernanes dan kemungkinan menggantikan posisinya dengan pemain rentan cedera, Ederson. Klose terakhir dikabarkan siap untuk turun.

Masalah yang dihadapi Petkovic tidak seberapa dibandingkan dengan yang dihadapi Guidolin. Tak kurang dari Pinzi, Lazzari, Basta, Benatia dan Muriel harus absen dari laga ini. Performa Udinese sendiri cenderung menurun sejak mengalahkan AS Roma, tidak pernah memetik kemenangan dalam 6 laga berturut-turut dan terpental dari Liga Europa setelah kalah dari Young Boys dan terakhir kali dari Anzhi. Saat ini Udinese berada di peringkat 12 klasemen dengan 16 poin.

Situasi yang dihadapi Udinese justru dapat memotivasi mereka untuk bangkit dalam laga ini, karena kini Di Natale dan kawan-kawan hanya berkonsentrasi di kompetisi domestik. Tetapi rekor Lazio di Olimpico musim ini cukup menimbulkan optimisme, hanya kehilangan 5 angka dari seri lawan Torino dan kalah dari Genoa. Jika pemain mampu menjaga konsentrasi sepanjang 90 menit Lazio akan mampu menghempaskan Udinese dengan selisih dua gol.

Head to head
Sejak pertama kali bertemu pada musim 1950/1951, kedua tim telah bertanding sebanyak 66 kali. Lazio memenangi 26 laga, Udinese memenangi 22 laga dan 18 sisanya berakhir seri. Pertemuan terakhir terjadi di Stadio Friuli di mana Lazio menderita kekalahan 0-2, sedang pertemuan terakhir di Olimpico keduanya bermain imbang 2-2. Kekalahan terakhir Lazio di Olimpico terjadi pada musim 2008/2009 dengan skor 1-3.
Lima head to head terakhir:
30 April 2012 (Serie-A): Udinese 2-0 Lazio
18 Desember 2011 (Serie-A): Lazio 2-2 Udinese
9 Mei 2011 (Serie-A): Udinese 2-1 Lazio
19 Desember 2010 (Serie-A): Lazio 3-2 Udinese
16 Mei 2010 (Serie-A): Lazio 3-1 Udinese

Lima Laga Terakhir Lazio:
23 November 2012 (Liga Europa): Lazio 0-0 Tottenham Hotspurs
18 November 2012 (Serie-A): Juventus 0-0 Lazio
11 November 2012 (Serie-A): Lazio 3-2 Roma
9 November 2012 (Liga Europa): Lazio 3-0 Panathinaikos
4 November 2012 (Serie-A): Catania 4-0 Lazio

Lima Laga Terakhir Udinese:
22 November 2012 (Liga Europa): Anzhi 2-0 Udinese
18 November 2012 (Serie-A): Udinese 2-2 Parma
11 November 2012 (Serie-A): Chievo 2-2 Udinese
9 November 2012 (Liga Europa): Udinese 2-3 Young Boys
4 November 2012 (Serie-A): Bologna 1-1 Udinese

Perkiraan Formasi Pemain:
Lazio (4-1-4-1):
22-Federico Marchetti, 29-Abdoulay Konko, 2-Michael Ciani, 20-Giuseppe Biava, 26-Stefan Radu; 24-Cristian Ledesma; 15-Alvaro Gonzalez, 7-Ederson, 87-Antonio Candreva, 6-Stefano Mauri (kapten); 11-Miroslav Klose

Udinese (3-5-2):
1-Zeljko Brkic; 16-Andrea Coda, 5-Danilo, 11-Maurizio Domizzi; 6-Marco Davide Faraoni, 37-Roberto Pereyra, 3-Allan, 7-Emmanuele Agyemang-Badu, 26-Giovanni Pasquale; 77-Maicosuel, 10-Antonio Di Natale (kapten)

Wasit:
Giampaolo Calvarese

Penerawangan Mbah Galuh:
Lazio 3-1 Udinese

Waktu Pertandingan:
Rabu Legi, 28 November 2012, pukul 02.45
(Live on TVRI)

Jumat, 23 November 2012

Lazio vs. Tottenham Hotspurs and the "Power of Words"


Lazio vs. Tottenham Hotspurs and the "Power of Words"

photo from: http://goal.com
After Lazio-Tottenham match at Olimpico, London-based media are hilarious, just like a pack of starving wolves finds a piece of decaying bone. They give a large portion of their space for the match. Very small analysis on the match itself, only Villas-Boas’ stupid statement on Bale's disallowed goal, that his side has been robbed 4 goals in their two clashes with Lazio this year.

Daily Express, Soccerway and Daily Star are more interested in accidents outside the pitch. Not so much more on brutal attack to Tottenham fans in Drunken Ship Bar after the police found that most of the attackers were Ultras Roma. For those media the matter has been forgotten if Ultras Lazio has not been involved!

“Free Palestine
A sharp accusation is pointed toward Curva Nord where a “Free Palestine” banner was unrolled and “Juden Tottenham” chants were sung. The media, as well as Villas-Boas, urge UEFA to take firm action against Lazio. Not only to fine Lazio, but also to forbid Biancoceleste to host future European matches. A media even proposes a very absurd recommendation: UEFA is to decide that Tottenham wins the match by 3-0!

Gazza
Paul Gascoigne is another sitting-duck target for them. Gazza is accused to be insensitive and a traitor to the Kingdom by sitting together and laughing over jokes with Lotito and other Lazio directors; while at the very moment his fellow citizens (Spurs fans) were harassed by Lazio fans for something beyond everyone’s power to choose: race.

Di Canio
The media even published editorials and articles on something that happened long time ago. Di Canio’s Roman salutes (not NAZI salute!). And remind their readers of Roma as “Stab City” as if they have amnesia of recent history. Lazio fans never stabbed English fans. The Stab City title was given to the capital after Ultras Roma stabbed fans of MU, Arsenal, Liverpool and Middlesborough.

London-based media tend to exaggerate things, even manipulating facts to build a desired public opinion. It is the “power of words” that has been used by writers all over the world for centuries. So, laziali, please WRITE for our Lazio and use “the power of words” for Biancoceleste!

(by Galuh Trianingsih Lazuardi, sorry for my imperfect English, I’m not a native speaker)

Lazio vs Tottenham Hotspurs: Media Inggris dan "The Power of Words"


Lazio vs Tottenham Hotspurs:
Media Inggris dan The Power of Words
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari: http://goal.com
Media-media Inggris terbitan hari ini bagaikan sekawanan srigala kelaparan mendapatkan sekerat tulang busuk. Ulasan tentang laga Lazio – Tottenham Hotspurs mendapat porsi besar. Hanya sedikit ulasan tentang jalannya pertandingan itu sendiri kecuali kecaman mereka terhadap wasit yang menganulir gol offside Bale ke gawang Marchetti dan mengutip ucapan Villas-Boas, “Empat gol kami ke gawang Lazio dianulir wasit dalam dua pertemuan.”

Daily Express, Soccerway  dan Daily Star lebih banyak mengulas kejadian di luar lapangan. Tidak banyak lagi mengulas tentang penyerangan brutal terhadap fans Tottenham di bar Drunken Ship, setelah polisi mengungkap bahwa pelaku utama penyerangan adalah anggota Ultras Roma, walaupun ada beberapa pendukung Lazio yang juga terlibat. Seolah-olah jika penyerangan biadab itu dilakukan oleh Ultras Roma maka masalah selesai, tetapi jika dilakukan oleh Ultras Lazio, maka itu jadi berita besar.

“Free Palestine
Sorotan paling tajam ditujukan ke arah Curva Nord yang membentangkan spanduk bertuliskan “Free Palestine” seraya meneriakkan yel dalam bahasa Jerman, “Juden Tottenham” yang berarti “Tottenham Yahudi”. Pencampur-adukan sepakbola dengan kegiatan mendukung atau menistakan politik, ras atau agama tertentu memang dilarang keras dalam peraturan UEFA. Maka Villas-Boas dan media Inggris sekali lagi mendesak badan sepakbola tertinggi Eropa itu untuk mengambil tindakan tegas terhadap Lazio. Bukan hanya denda tetapi juga larangan menggelar laga Eropa dengan penonton di Olimpico. Daily Star bahkan mengusulkan sesuatu yang sangat bodoh: menyatakan Spurs menang 3-0 atas Lazio!

Gazza
Paul Gascoigne juga tak kalah keras mendapat kecaman. Gazza yang terlihat tertawa-tawa dan bercanda dengan para direktur Lazio sepanjang pertandingan dianggap telah menyakiti dan menghianati rakyat Inggris. Menikmati kedekatannya dengan fans Lazio yang membentangkan spanduk Lion-hearted, headstrong, pure talent, real man – still our hero”  (berhati singa, kuat, berbakat – masih jadi pahlawan kami) di Curva Nord. Gazza dianggap berhianat karena pada saat yang sama fans Tottenham dilecehkan karena sesuatu yang berada di luar kekuasaan setiap orang untuk memilih: ras dan keturunannya.

Di Canio
Media-media Inggris menurunkan editorial dan berita yang menarik waktu hingg jauh mundur ke belakang. Salam ala Romawi oleh Paolo Di Canio (bukan ala NAZI, karena Hitler hanya menjiplak salam itu) kembali dibahas. Julukan kota Roma sebagai “Stab City” (Kota Penikaman) kembali didengungkan, seolah mereka terkena amnesia bahwa fans Lazio tidak pernah melakukan penikaman terhadap fans Inggris. Ultras Roma-lah yang memiliki sejarah menikam fans MU, Arsenal, Liverpool dan Middlesborough tiap kali AS Roma menjamu mereka.

Itulah media Inggris yang gemar sensansi, lebay dan pandai memutar-balikkan fakta, membentuk opini publik yang negatif terhadap Lazio dan laziali. Tetapi itulah kekuatan kata (the power of words) yang selalu dimanfaatkan efektifitasnya sepanjang masa oleh para penulis. Oleh karena itu wahai Laziali: MENULISLAH bagi Lazio kita!