Lazio vs Tottenham Hotspurs:
Media Inggris dan The Power of Words
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012
![]() |
foto dari: http://goal.com |
Media-media Inggris terbitan hari ini bagaikan sekawanan srigala kelaparan
mendapatkan sekerat tulang busuk. Ulasan tentang laga Lazio – Tottenham Hotspurs
mendapat porsi besar. Hanya sedikit ulasan tentang jalannya pertandingan itu
sendiri kecuali kecaman mereka terhadap wasit yang menganulir gol offside Bale
ke gawang Marchetti dan mengutip ucapan Villas-Boas, “Empat gol kami ke gawang
Lazio dianulir wasit dalam dua pertemuan.”
Daily Express, Soccerway dan Daily Star lebih banyak mengulas
kejadian di luar lapangan. Tidak banyak lagi mengulas tentang penyerangan
brutal terhadap fans Tottenham di bar Drunken Ship, setelah polisi mengungkap
bahwa pelaku utama penyerangan adalah anggota Ultras Roma, walaupun ada
beberapa pendukung Lazio yang juga terlibat. Seolah-olah jika penyerangan
biadab itu dilakukan oleh Ultras Roma maka masalah selesai, tetapi jika
dilakukan oleh Ultras Lazio, maka itu jadi berita besar.
“Free Palestine ”
Sorotan paling tajam ditujukan ke arah Curva Nord yang membentangkan spanduk
bertuliskan “Free Palestine” seraya meneriakkan yel dalam bahasa Jerman, “Juden
Tottenham” yang berarti “Tottenham Yahudi”. Pencampur-adukan sepakbola
dengan kegiatan mendukung atau menistakan politik, ras atau agama tertentu
memang dilarang keras dalam peraturan UEFA. Maka Villas-Boas dan media Inggris
sekali lagi mendesak badan sepakbola tertinggi Eropa itu untuk mengambil
tindakan tegas terhadap Lazio. Bukan hanya denda tetapi juga larangan menggelar
laga Eropa dengan penonton di Olimpico. Daily Star bahkan mengusulkan sesuatu
yang sangat bodoh: menyatakan Spurs menang 3-0 atas Lazio!
Gazza
Paul Gascoigne juga tak kalah keras mendapat kecaman. Gazza yang terlihat
tertawa-tawa dan bercanda dengan para direktur Lazio sepanjang pertandingan
dianggap telah menyakiti dan menghianati rakyat Inggris. Menikmati kedekatannya
dengan fans Lazio yang membentangkan spanduk “Lion-hearted,
headstrong, pure talent, real man – still our hero” (berhati singa, kuat, berbakat – masih jadi
pahlawan kami) di Curva Nord. Gazza dianggap berhianat karena pada saat yang
sama fans Tottenham dilecehkan karena sesuatu yang berada di luar kekuasaan setiap orang untuk memilih: ras dan keturunannya.
Di Canio
Media-media Inggris menurunkan editorial dan berita yang menarik waktu hingg jauh mundur ke belakang. Salam ala Romawi oleh Paolo Di Canio (bukan ala NAZI,
karena Hitler hanya menjiplak salam itu) kembali dibahas. Julukan kota Roma sebagai “Stab City ”
(Kota Penikaman) kembali didengungkan, seolah mereka terkena amnesia bahwa fans
Lazio tidak pernah melakukan penikaman terhadap fans Inggris. Ultras Roma-lah
yang memiliki sejarah menikam fans MU, Arsenal, Liverpool
dan Middlesborough tiap kali AS Roma menjamu mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar