Kamis, 11 Oktober 2012

Berpijaklah di Bumi, Kompetisi Baru Akan Dimulai


Berpijaklah di Bumi, Kompetisi Baru Akan Dimulai
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012

foto dari http://newnotizie.it
Perjudian Lotito dengan mengangkat Petkovic untuk menggantikan Reja memberikan hasil positif, sejauh ini. Di Serie A, Petkovic berhasil menempatkan Lazio di jajaran elit, sama halnya dengan Reja musim lalu. Keduanya sama-sama berhasil menempatkan Lazio di posisi tiga besar setelah memainkan 7 laga. Pada titik yang sama, Reja mencatat 14 poin dari 4 menang, 2 seri, 1 kalah. Petkovic membukukan 15 poin dari 5 menang, 2 kalah. Bedanya, saat itu Reja telah menghadapi 2 tim kuat, seri melawan Milan dan menang atas Roma. Petkovic baru menghadapi satu tim kuat, Napoli, dan kalah. Keduanya pun menelan kekalahan atas Genoa di Olimpico.

Perbedaan cukup signifikan, sejauh ini terjadi di Liga Europa. Sama-sama melenggang mudah melewati play off. Reja mengoleksi 1 poin hasil seri lawan Vaslui dan kalah dari Sporting Lisbon. Petkovic membukukan 4 poin hasil menahan Tottenham Hotspurs dan mengalahkan Maribor, menempatkan Lazio di puncak Grup J.

Mesin Yang Sama
Sesungguhnya Petkovic memang tidak membawa revolusi di Lazio. Tim inti yang dimainkannya relatif tim yang sama dengan tim Reja musim lalu. Minus Djibril Cisse, pemain tambahan semacam Ciani, Ederson, Zarate dan Floccari tetap berada di luar tim inti Petkovic sejauh ini. Pola 4-2-3-1 yang dijalankan Reja, dilanjutkan oleh Petkovic. Berbeda dengan Reja yang secara rigid menerapkan pola ini, Petkovic lebih fleksibel, sehingga sepanjang pertandingan pola ini beralih ke 4-1-4-1 atau 4-3-3 sesuai keadaan. Petkovic memberikan perhatian khusus agar pemainnya mendominasi penguasaan bola dan tekanan kepada lawan.

Pendeknya, Petkovic menjalankan mesin yang sama dengan Reja, tetapi kini mesin tersebut telah diberi pelumas cukup sehingga lebih lancar jalannya. Hal-hal baik yang ditinggalkan Reja dilanjutkan, yang kurang, diperbaikinya.

Figur penting Lazio saat ini terletak pada sosok Alvaro Gonzalez, yang bahu-membahu dengan Ledesma untuk membantu pertahanan saat Konko dan Lulic naik membantu penyerangan. Gonzalez juga mengambil-alih sebagian tugas Ledesma sebagai jangkar antara lini belakang dan tengah sehingga memungkinkan Ledesma selalu pada posisi yang lebih dalam untuk mengantisipasi serangan balik lawan.

Oleh Petkovic, Hernanes diberikan keleluasaan cukup untuk bergerak secara vertikal untuk sesekali turun membantu pertahanan, sekaligus menjemput bola. Petkovic berhasil mengeksploitasi kelebihan Hernanes dalam menggalang serangan yang efektif dari kedalaman. Mauri dan Candreva diberi kebebasan penuh untuk mengeksplorasi ruang yang lebih luas, menguasai bola sambil menunggu Konko dan Lulic naik. Pergerakan ini mampu memberikan Klose ruang dan waktu untuk mengambil poisisi yang tepat dan mengkonversi peluang menjadi gol. Tetapi kunci utama keberhasilan Lazio saat ini adalah pada Dias dan Biava. Konsistensi mereka, dan kerentanan duet ini dari cedera akan sangat menentukan  perjalanan Lazio musim ini.

“Plan B”
Sejauh ini taktik Petkovic terbukti cukup ampuh dalam menghadapi tim-tim lemah seperti Mura, Atalanta, Palermo, Chievo, Siena, Maribor dan Pescara. Kecuali Genoa. Dengan catatan, Siena dan Maribor mampu membuyarkan dominasi permainan Lazio. Tetapi taktik Petkovic terbukti sama sekali tidak berjalan saat menghadapi Napoli. Tidak ada alasan pembenar sama sekali dari kekalahan 0-3 di San Paolo. Dan akan sangat berbahaya untuk menganggap kekalahan dari Genoa sebagai sebuah ketidakberuntungan, karena persoalannya justru terletak pada Lazio sendiri.

Laga lawan Genoa memberikan banyak pelajaran. Petkovic melakukan perubahan drastis pada pola permainan dengan menduetkan Zarate dan Kozak di ujung tombak pada skema 4-4-2. Inilah “Plan B” Petkovic. Pelatih Genoa, Gigi De Canio, mengatakan suatu hal yang penting usai laga. Dia menghitung, tak kurang dari 23 peluang didapat Lazio, tapi tak lebih dari 5 di antaranya yang cukup berbahaya. Penguasaan bola dan penciptaan peluang ternyata belum cukup untuk mengkonversi sebuah kemenangan. De Canio tahu ini, dan saya yakin, Petkovic lebih tahu lagi. Lalu, apakah “Plan B” harus segera dilupakan?

Petkovic tidak mungkin terus-menerus mengandalkan tim intinya sepanjang musim, dan tak mungkin terpaku pada pola yang sama untuk menghadapi semua lawannya. Dengan segala hormat harus dikatakan bahwa pola Petkovic ternyata tidak berjalan mulus saat menghadapi tim kuat  seperti Napoli, dan selama dua pekan liburan ini adalah kesempatan terbaik yang dimilikinya untuk mematangkan “Plan B” tersebut. Tidak hadirnya pemain seperti Klose, Lulic, Gonzalez, Candreva dan Cana pada periode ini justru dapat dimanfaatkan untuk mematangkan pemain lainnya.

Memanfaatkan Liburan
Lini belakang sementara cukup aman dengan kembalinya duet Dias-Biava pada bentuk permainan terbaiknya. Radu yang segera kembali, makin bersinarnya Cavanda, hadirnya Ciani dan sembuhnya Stankevicius memberi harapan. Lini tengah sementara ini juga memadai. Ederson terbukti mampu memecahkan kebuntuan  pada dua laga di mana dia menjadi starter. Masalahnya, kita harus menerima kenyataan bahwa mungkin Ederson akan berada di ruang perawatan sebanyak dia berada di lapangan.

Di lini depan Petkovic mau tak mau hanya menumpukan harapan pada Klose. Zarate dan Floccari masih berada di bawah bayang-bayang masa kejayaannya sendiri. Liburan dua pekan ini mungkin saat yang tepat untuk memaksimalkan peran Kozak sebagi penyerang tunggal. Betapapun dia menerima kritik saat laga lawan Genoa, Kozak menunjukkan bahwa dia mampu lebih membahayakan gawang lawan dibandingkan Floccari, apalagi Zarate.

Ujian Sesungguhnya Segera Datang
Usai liburan ini, ujian sesungguhnya segera datang. Lazio akan menghadapi lawan-lawan sekelas Napoli dalam enam pekan ke depan: Milan, Fiorentina, Roma, Juventus dan Catania, serta laga tandang-kandang melawan Panathinaikos, dan menjamu Tottenham Hotspurs di Liga Eropa. Di sinilah ujian sesungguhnya bagi Petkovic, apakah dia hanya akan mencapai sejauh yang dicapai Reja, melebihinya, atau justru lebih buruk daripada Reja.

Di antara semua lawan tersebut, laga melawan Milan 20 Oktober 2012 nanti akan sangat strategis bagi Lazio. Dengan Juventus berhadapan dengan Napoli pada pekan yang sama, maka kemenangan melawan Milan akan memperkecil jarak dengan keduanya, karena minimal salah satu di antara Juventus dan Napoli pasti akan kehilangan poin. Milan memang sedang terpuruk, tetapi itu justru harus diwaspadai. Max Allegri tentu akan berusaha sekuat tenaga agar laga melawan Lazio di Olimpico nanti tidak menjadi sebuah pesta perpisahan bagi dirinya dan Serie A musim ini.

Petkovic tentu tak ingin sejarah Lazio musim lalu berulang, bersinar di awal dan banyak kehilangan poin penting di perjalanan. Dan dia benar ketika mengatakan Lazio harus tetap berpijak di bumi. Karena kompetisi sesungguhnya baru akan dimulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar