Berpijaklah
di Bumi, Kompetisi Baru Akan Dimulai
oleh
Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012
![]() |
foto dari http://newnotizie.it |
Perjudian
Lotito dengan mengangkat Petkovic untuk menggantikan Reja memberikan hasil
positif, sejauh ini. Di Serie A, Petkovic berhasil menempatkan Lazio di jajaran
elit, sama halnya dengan Reja musim lalu. Keduanya sama-sama berhasil
menempatkan Lazio di posisi tiga besar setelah memainkan 7 laga. Pada titik
yang sama, Reja mencatat 14 poin dari 4 menang, 2 seri, 1 kalah. Petkovic
membukukan 15 poin dari 5 menang, 2 kalah. Bedanya, saat itu Reja telah
menghadapi 2 tim kuat, seri melawan Milan
dan menang atas Roma. Petkovic baru menghadapi satu tim kuat, Napoli ,
dan kalah. Keduanya pun menelan kekalahan atas Genoa di Olimpico.
Perbedaan
cukup signifikan, sejauh ini terjadi di Liga Europa. Sama-sama melenggang mudah
melewati play off. Reja mengoleksi 1 poin hasil seri lawan Vaslui dan kalah dari
Sporting Lisbon .
Petkovic membukukan 4 poin hasil menahan Tottenham Hotspurs dan mengalahkan Maribor , menempatkan Lazio
di puncak Grup J.
Mesin
Yang Sama
Sesungguhnya
Petkovic memang tidak membawa revolusi di Lazio. Tim inti yang dimainkannya
relatif tim yang sama dengan tim Reja musim lalu. Minus Djibril Cisse, pemain
tambahan semacam Ciani, Ederson, Zarate dan Floccari tetap berada di luar tim
inti Petkovic sejauh ini. Pola 4-2-3-1 yang dijalankan Reja, dilanjutkan oleh
Petkovic. Berbeda dengan Reja yang secara rigid menerapkan pola ini, Petkovic
lebih fleksibel, sehingga sepanjang pertandingan pola ini beralih ke 4-1-4-1
atau 4-3-3 sesuai keadaan. Petkovic memberikan perhatian khusus agar pemainnya
mendominasi penguasaan bola dan tekanan kepada lawan.
Pendeknya,
Petkovic menjalankan mesin yang sama dengan Reja, tetapi kini mesin tersebut
telah diberi pelumas cukup sehingga lebih lancar jalannya. Hal-hal baik yang
ditinggalkan Reja dilanjutkan, yang kurang, diperbaikinya.
Figur
penting Lazio saat ini terletak pada sosok Alvaro Gonzalez, yang bahu-membahu
dengan Ledesma untuk membantu pertahanan saat Konko dan Lulic naik membantu
penyerangan. Gonzalez juga mengambil-alih sebagian tugas Ledesma sebagai
jangkar antara lini belakang dan tengah sehingga memungkinkan Ledesma selalu
pada posisi yang lebih dalam untuk mengantisipasi serangan balik lawan.
Oleh
Petkovic, Hernanes diberikan keleluasaan cukup untuk bergerak secara vertikal untuk
sesekali turun membantu pertahanan, sekaligus menjemput bola. Petkovic berhasil
mengeksploitasi kelebihan Hernanes dalam menggalang serangan yang efektif dari
kedalaman. Mauri dan Candreva diberi kebebasan penuh untuk mengeksplorasi ruang
yang lebih luas, menguasai bola sambil menunggu Konko dan Lulic naik.
Pergerakan ini mampu memberikan Klose ruang dan waktu untuk mengambil poisisi
yang tepat dan mengkonversi peluang menjadi gol. Tetapi kunci utama
keberhasilan Lazio saat ini adalah pada Dias dan Biava. Konsistensi mereka, dan
kerentanan duet ini dari cedera akan sangat menentukan perjalanan Lazio musim ini.
“Plan B”
Sejauh ini
taktik Petkovic terbukti cukup ampuh dalam menghadapi tim-tim lemah seperti
Mura, Atalanta, Palermo , Chievo, Siena , Maribor dan Pescara . Kecuali Genoa. Dengan
catatan, Siena dan Maribor mampu membuyarkan dominasi permainan
Lazio. Tetapi taktik Petkovic terbukti sama sekali tidak berjalan saat
menghadapi Napoli . Tidak ada alasan pembenar
sama sekali dari kekalahan 0-3 di San Paolo. Dan akan sangat berbahaya untuk menganggap
kekalahan dari Genoa
sebagai sebuah ketidakberuntungan, karena persoalannya justru terletak pada
Lazio sendiri.
Laga lawan Genoa memberikan banyak
pelajaran. Petkovic melakukan perubahan drastis pada pola permainan dengan menduetkan
Zarate dan Kozak di ujung tombak pada skema 4-4-2. Inilah “Plan B” Petkovic. Pelatih
Genoa, Gigi De Canio, mengatakan suatu hal yang penting usai laga. Dia
menghitung, tak kurang dari 23 peluang didapat Lazio, tapi tak lebih dari 5 di
antaranya yang cukup berbahaya. Penguasaan bola dan penciptaan peluang ternyata
belum cukup untuk mengkonversi sebuah kemenangan. De Canio tahu ini, dan saya
yakin, Petkovic lebih tahu lagi. Lalu, apakah “Plan B” harus segera dilupakan?
Petkovic
tidak mungkin terus-menerus mengandalkan tim intinya sepanjang musim, dan tak
mungkin terpaku pada pola yang sama untuk menghadapi semua lawannya. Dengan
segala hormat harus dikatakan bahwa pola Petkovic ternyata tidak berjalan mulus
saat menghadapi tim kuat seperti Napoli , dan selama dua pekan liburan ini adalah
kesempatan terbaik yang dimilikinya untuk mematangkan “Plan B” tersebut. Tidak
hadirnya pemain seperti Klose, Lulic, Gonzalez, Candreva dan Cana
pada periode ini justru dapat dimanfaatkan untuk mematangkan pemain lainnya.
Memanfaatkan
Liburan
Lini
belakang sementara cukup aman dengan kembalinya duet Dias-Biava pada bentuk
permainan terbaiknya. Radu yang segera kembali, makin bersinarnya Cavanda, hadirnya
Ciani dan sembuhnya Stankevicius memberi harapan. Lini tengah sementara ini
juga memadai. Ederson terbukti mampu memecahkan kebuntuan pada dua laga di mana dia menjadi starter.
Masalahnya, kita harus menerima kenyataan bahwa mungkin Ederson akan berada di
ruang perawatan sebanyak dia berada di lapangan.
Di lini
depan Petkovic mau tak mau hanya menumpukan harapan pada Klose. Zarate dan
Floccari masih berada di bawah bayang-bayang masa kejayaannya sendiri. Liburan
dua pekan ini mungkin saat yang tepat untuk memaksimalkan peran Kozak sebagi
penyerang tunggal. Betapapun dia menerima kritik saat laga lawan Genoa , Kozak menunjukkan bahwa
dia mampu lebih membahayakan gawang lawan dibandingkan Floccari, apalagi
Zarate.
Ujian
Sesungguhnya Segera Datang
Usai
liburan ini, ujian sesungguhnya segera datang. Lazio akan menghadapi
lawan-lawan sekelas Napoli dalam enam pekan ke depan: Milan ,
Fiorentina, Roma, Juventus dan Catania ,
serta laga tandang-kandang melawan Panathinaikos, dan menjamu Tottenham
Hotspurs di Liga Eropa. Di sinilah ujian sesungguhnya bagi Petkovic, apakah dia
hanya akan mencapai sejauh yang dicapai Reja, melebihinya, atau justru lebih
buruk daripada Reja.
Di antara
semua lawan tersebut, laga melawan Milan 20 Oktober 2012 nanti akan sangat
strategis bagi Lazio. Dengan Juventus berhadapan dengan Napoli pada pekan yang
sama, maka kemenangan melawan Milan akan memperkecil
jarak dengan keduanya, karena minimal salah satu di antara Juventus dan Napoli pasti akan kehilangan poin. Milan memang sedang terpuruk, tetapi itu
justru harus diwaspadai. Max Allegri tentu akan berusaha sekuat tenaga agar
laga melawan Lazio di Olimpico nanti tidak menjadi sebuah pesta perpisahan bagi
dirinya dan Serie A musim ini.
Petkovic tentu tak ingin sejarah Lazio musim lalu berulang, bersinar di awal dan banyak kehilangan poin penting di perjalanan. Dan dia benar ketika mengatakan Lazio harus tetap berpijak di bumi. Karena kompetisi
sesungguhnya baru akan dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar