Olimpia, Pilihan Pada Sebuah Kesetiaan
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012
Mungkin
Anda masih ingat, ketika menjelang Derby della Capitale, 17 Oktober 2011 saat
Lazio bertindak sebagai tuan rumah, dari layar televisi kita sempat menyaksikan
seekor elang yang hinggap di tangan seorang ultras Lazio dibawa berlari
mengelilingi lapangan stadio Olimpico. Elang betina muda (gli aquilotti)
tersebut bernama Olimpia. Dia adalah maskot Lazio. Dan yang membawanya
adalah si pawang yang bernama Juan Barnebe.
Elang
tersebut sesungguhnya selalu menyertai tim Lazio saat bertanding di Olimpico,
beberapa kali juga dibawa pada laga tandang Serie-A jika keadaan memungkinkan.
Ketika Petkovic membawa pasukannya dalam camp latihan
pra-musim di Auronzo di Cadore, Olimpia pun menyertai rombongan. Kali ini
Olimpia membawa misi khusus, karena Lazio memang tidak sedang melakoni laga
resmi.
Olimpia
diberikan pilihan untuk menentukan masa depannya: kembali ke alam bebas atau
tetap menyertai Lazio di musim ini, Sebuah ritual khusus dirancang dan momentum
dipilih pada Kamis, 19 Juli 2012, saat para pemain menjalani latihan fisik
dengan mendaki puncak Agudo. Bukan tanpa kekhawatiran, karena Olimpia
tidak terbiasa hidup di alam liar sedangkan Gunung Agudo merupakan habitat
alamiah elang yang hidup di alam bebas.
Demikianlah
setelah semua pemain mencapai puncak Agudo, mereka menjadi saksi pelepasan
Olimpia ke langit biru. Olimpia segera menikmati kebebasannya, terbang
membentangkan kedua sayapnya dengan anggun dan sejenak berputar-putar seakan
ingin menyaksikan untuk terakhir kalinya wajah para pemain Lazio. Tak lama
kemudian, Olimpia menghilang di balik lebatnya pepohonan.
Pilihan Pada Sebuah Kesetiaan
Menjelang
sore, semuanya sudah beranggapan bahwa Olimpia memilih alam bebas untuk hari
depannya. Sampai tiba-tiba maskot yang telah menyertai perjalanan Tim Pertama
Ibukota tersebut muncul di camp Auronzo di Cadore. Beberapa menit
memutari areal latihan, dan dengan keanggunan yang hanya mungkin ditampilkan
oleh seekor elang, Olimpia menukik tajam, dan menuju Juan Barnebe, hinggap di
lengan yang telah lama dikenalnya. Olimpia telah menentukan pilihannya. Dan
pilihannya adalah kesetiaan kepada pasukan birulangit. Olimpia ingin menjadi
saksi keberhasilan Lazio mengarungi musim ini.
Elang
memang spesies istimewa. Elang identik dengan keberanian, kegigihan dan
keanggunan yang elegan. Di alam bebas, elang berada di puncak rantai makanan (food
chains). Dia adalah predator yang tidak memiliki predator bagi dirinya
sendiri. Elang adalah pemburu ulung, yang hanya mau menikmati daging segar,
bukan menyukai bangkai seperti halnya srigala, misalnya.
Elang
adalah nilai-nilai etika yang terjaga. Mereka tidak akan pernah mengawini
keturunannya sendiri seperti hanya, sekali lagi, srigala yang menganut
kehidupan incest, kawin-mawin tak menentu di antara keluarga sendiri.
Dan elang adalah kesetiaan tanpa batas. Elang adalah hewan monogamis yang setia
kepada satu pasangannya. Elang jantan selalu melindungi si betina yang
mengerami telur, turut mencarikan makanan bagi anak-anaknya. Tidak seperti,
lagi-lagi, srigala. Jika pasangannya mati atau hilang, elang akan memilih hidup
sendiri hingga menemukan pasangan baru yang tidak bertautan darah.
Kesetiaan,
loyalitas, itulah elang. Dan Olimpia menunjukkan nilai luhur tersebut dengan
memutuskan untuk setia kepada Lazio.
Tak
lekang rasanya apresiasi dan kekaguman kepada para founding fathers
Lazio, yang dengan sangat arif memilih elang sebagai simbol abadi, dan bukan
hewan-hewan dina lainnya seperti ular atau srigala. Tak terbayangkan andaikata
seekor srigala yang dilepas dari puncak Agudo. Bukan keanggunan atau kesetiaan
yang diperagakan, melainkan kengerian dan wabah rabies di segenap penjuru
Italia. Grande Olimpia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar