Kekalahan Yang Dinantikan
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
© 2012
![]() |
foto dari http://eurosport.se |
Pada artikel saya usai Lazio menyisihkan Mura dari
Liga Europa dan mengalahkan Palermo
pada giornata kedua Serie-A, saya menuliskan bahwa lambat atau cepat Lazio akan
mengalami kekalahan. Dan saya menantikan kekalahan itu. Hal itu terwujud secara
cepat, tadi pagi Lazio dikalahkan Genoa
0-1 dihadapan Olimpia sang maskot dan puluhan ribu Laziali di curva nord
Olimpico.
Tidak ada tim yang tak pernah kalah, dan bagi yang
bermental juara kekalahan adalah pelajaran berharga, bukan ajang mencari alasan
dan pembenaran-pembenaran atas kesalahan yang dilakukan. Kekalahan “tak layak”
atas Genoa akan
menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak: pemain, manajemen dan pendukung.
Dan terutama bagi pelatih Petkovic. Dan ternyata The Doctor memberikan reaksi
yang positif, tidak mencari-cari kambing hitam, mengakui kekurangan timnya
serta memberikan selamat kepada Genoa .
Catenaccio
Bukan itu saja yang saya harapkan dari Petkovic
dalam menyikapi kekalahan pertamanya sebagai pelatih Lazio. Saya berharap
Petkovic akan memetik pelajaran berharga dari kejadian ini. Pola menyerang yang
diterapkannya memang mulai menunjukkan hasil. Lazio bermain sangat agresif dan
menguasai jalannya pertandingan. Tetapi tadi pagi Petkovic dihadapkan pada pola
klasik sepakbola Italia yang paling terkenal: pertahanan gerendel alias
catenaccio.
Catenaccio terbukti berkali-kali mampu menjadi
anti-tesa dan menjinakkan permainan indah dan menyerang baik di tingkat klub
maupun tim nasional. Barcelona
yang termahsyur dengan sepakbola indah dan menyerang ala tiki-taka beberapa
kali menelan pil pahit saat menghadapi tim Italia atau yang dilatih oleh orang
Italia yang menerapkan catenaccio. Di Serie-A, Luis Enrique terbukti
pontang-panting menghadapi pola negatif sepakbola Italia dengan strategi
tiki-taka, menyerang dan mencoba mengendalikan laga. Sebaliknya, Edy Reja yang
pragmatis dan menguasai benar teknik catenaccio dapat meraih keberhasilan yang
lebih baik.
Saya tak mengharapkan Petkovic menerapkan pola
sepakbola negatif. Pelatih asal Bosnia
inipun telah menegaskan bahwa dia akan konsisten menerapkan pola menyerang dan
tetap berusaha mendominasi tiap laga. Tetapi dia pasti sadar, bahwa menyerang,
menyerang dan mendominasi laga belum tentu menjamin kemenangan jika menghadapi
catenaccio. Petkovic pelatih cerdas, bukan pelatih pandir macam Luis Enrique.
Tentunya Petkovic akan berusaha memadukan sepakbola menyerang yang efektif
menghasilkan gol. Saya yakin, Petkovic akan segera menemukan terapi manjur
dalam sepakbola indah dan menyerangnya yang dapat mematikan gerendel Italia.
Kemenangan Genoa tadi pagi akan menjadi inspirasi bagi klub-klub lain di Italia
untuk menerapkan pola serupa saat menghadapi Lazio. Jadi Petkovic harus segera
menemukan formula yang tepat untuk itu.
Pelajaran untuk Mercato
Pelajaran berharga juga didapat Lotito, Tare dan
jajaran manajemen Lazio. Selama ini mereka terselamatkan dengan rangkaian
kemenangan Lazio, walaupun praktis Petkovic menggunakan materi pemain yang sama
dengan materi musim lalu. Ketika dihadapkan pada jadwal ketat dan rotasi pemain
menjadi keharusan, maka terbukti bahwa materi Lazio musim lalu belum cukup kuat
untuk berpacu menggapai scudetto. Ketika Kozak dan Zarate diberi beban tanggung
jawab, maka terlihat bahwa kedua pemain pelapis ini tak mampu menggantikan
fungsi Klose dan Mauri dengan sama baiknya. Begitu juga dengan Scaloni yang
belum berhasil membuktikan dirinya mampu menjadi pelatih Konko yang andal.
Intinya, kekalahan pertama Lazio musim ini semoga
membuka mata Lotito dan Tare bahwa kebijakan transfer pemain yang berpihak pada
peningkatan kualitas tim adalah mutlak perlu. Dan mereka harus ingat bahwa
hingga kini lawan sepadan Lazio yang pernah dihadapi barulah Tottenham
Hotspurs. Di Serie-A, empat lawan yang telah dihadapi Lazio adalah tim-tim yang
memang kelasnya tidak lebih baik dari Biancocelesti. Lazio belum lagi
menghadapi tim-tim sekelas Juventus atau Napoli .
Calcio mercato musim dingin, Januari 2013 nanti, harus dimanfaatkan betul-betul
untuk melepas pemain yang kurang memberikan kontribusi signifikan dan
memasukkan pemain yang kelasnya mampu untuk membuat perubahan positif di tubuh
Lazio.
Bagi pemain Lazio, kekalahan atas Genoa akan membuat mereka berpijak di bumi,
tidak percaya diri secara berlebihan dan meremehkan lawan. Begitu pula bagi fans
Lazio, kekalahan menyakitkan tersebut akan membuat Laziali menhentikan euforia
yang terlalu dini dan memberi kesadaran bahwa Lazio masih perlu banyak
melakukan perbaikan, belum menjadi tim terkuat di Italia. Lazio dapat kalah.
Dan saya yakin, kekalahan dari Genoa
bukan kekalahan terakhir Lazio di musim ini. Tetapi semoga kekalahan ini
menjadi “obat”. Dan obat memang pahit, tetapi menyembuhkan dan menyehatkan.
Selebihnya, optimisme tetap ada di tim ini. Saya
yakin Petkovic akan mampu membangkitkan pasukkannya dari kekalahan. Tim besar
bukanlah tim yang tidak pernah kalah. Tim besar adalah yang setelah kalah,
mampu segera bangkit kembali, belajar dari kekalahan dan menjadi lebih baik.
Avanti Lazio!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar