Menakar Peluang Lazio di Liga Europa
oleh Galuh Trianingsih Lazuardi
@2012
foto: http://uefa.com |
Lazio mendapatkan Grup J yang cukup keras pada fase grup Liga Europa
2012/2013 bersama Tottenham Hotspur (Inggris), Panathinaikos (Yunani) dan Maribor (Slovenia ).
Tottenham Hotspurs yang mengakhiri musim lalu di peringkat 4 BPL, seharusnya
masuk ke Champions League, tetapi tertimpa “kesialan” akibat keberhasilan
Chelsea, peringkat 5 BPL, menjuarai
turnamen itu musim lalu, sehingga harus menerima kenyataan ke Liga Europa,
langsung di fase grup.
Panathinaikos adalah peringkat dua Superleague Yunani dan memulai dari
kualifikasi ketiga Liga Champions dengan mengalahkan wakil Skotlandia,
Motherwell, dengan agregat 5-0, Panathinaikos dilibas wakil Spanyol, Malaga,
dengan agregat 0-2 dan meneruskan langkah di fase grup Liga Europa.
Sedangkan Maribor sebagai juara Liga 1.SNL Slovenia meniti asa dari babak
kualifikasi Liga Champions. Mengalahkan wakil
Bosnia, Zeljeznicar dengan agregat 6-2 di kualifikasi kedua dan wakil
Luksemburg, Dudelange dengan agregat 5-1, Maribor gagal masuk fase grup Liga
Champions setelah menyerah dari wakil Kroasia dengan agregat 1-3 di babak play
off sehingga terlempar ke fase grup Liga Europa.
Jelas ketiganya bukan lawan ringan bagi Lazio. Petkovic pun mengakui hal
itu, seraya mengatakan bahwa lebih baik mendapatkan klub yang keras sehingga
pasukannya akan berkonsentrasi penuh pada tiap laga tanpa memandang remeh
lawan. Totenham Hotspurs saat ini menduduki rangking 27 menurut koefisien EUFA
2011/2012, Panathinaikos rangking 40 dan Maribor rangking 193. Lazio sendiri
berada di tempat ke 67.
Tottenham Hotspurs
Ini jelas lawan terberat Lazio. Spurs memang tengah mengalami masa
adaptasi yang berat di kompetisi lokalnya setelah sang bintang, Luca Modric,
hengkang menggapai euro di Real Madrid; dan pelatih baru mereka, Andre
Vilas-Boas, belum juga dapat menemukan kestabilan tim. Tetapi Spurs adalah tim
besar dengan rekor Eropa yang cukup baik dengan sekali memenangi Cup Winners’
Cup dan dua kali meraih juara Liga Europa. Di timnya masih bertebaran pemain
kelas dunia semacam Gareth Bale, Jermain Defoe, William Gallas, Aaron Lennon,
Emmanuel Adebayor, kiper Hugo Lloris dan masih banyak lagi. Tim ini memiliki
pendukung ultras yang kuat seperti halnya Lazio.
Lazio berlum pernah bertemu Spurs dalam laga resmi, tetapi pernah 4 kali
berlaga melawan tim berlogo ayam jantan ini di laga dan turnamen persahabatan.
Terakhir, pada pra musim 2002/2003 kedua tim berbagi angka 2-2 di White Hart Lane . Saat itu, Lazio
dilatih Mancini dan dikapteni Nesta. Sebelumnya, 1993, Lazio dikalahkan 2-3 di
semifinal Makita Cup juga di Lane. Laga persahabatan antara kedua tim yang
hingga kini masih dikenang para pendukung Spurs adalah pada Capital Cup 1992.
Kejuaraan ini diadakan untuk merayakan transfer Gascoigne dari Spurs ke Lazio.
Lazio memenangi piala ini setelah mengalahkan Spurs 3-0 di Olimpico dan hanya
kalah 0-2 di Lane. Spurs juga pernah menorehkan aib bagi tetangga Lazio , AS
Roma ketika membantai Totti dan kawan-kawannya dengan skor fantastis, 5-0 di
pra musim 2008/2009.
Kalaupun di Grup J Liga Europa Lazio harus kehilangan angka, maka hanya
Spurs lah lawan yang pantas. Sangat berat untuk menahan seri apalagi
mengalahkan tim ini di Lane di hadapan pendukungnya, 20 September 2012. Apapun,
saat menjamu Bale dan kawan-kawan di Olimpico 22 November 2012 nanti. Peluang meraih
3 angka bagi Lazio sangat terbuka. Tiga angka minimal harus masuk pundi-pundi
Petkovic dari dua laga melawan Spurs.
Panathinaikos
Klub hijau ini belum pernah merenggut satu pun trofi Eropa, walaupun
telah 26 kali berlaga di Liga Champions. Mereka hanya sekali pernah melaju
hingga final Champions Cup 1971 sebelum dikandaskan Ajax. Walaupun demikian, Panathinaikos
tetap bukanlah lawan ringan bagi pasukan Petkovic. Klub ini telah menyabet tak
kurang dari 20 kali juara Yunani, terakhir tahun 2010 silam dan 17 kali meraih
Piala Yunani. Mantan tim Djibril Cisse ini mengandalkan kolektivitas tim yang kuat dan semangat yang tinggi.
Lazio belum pernah berjumpa Panathinaikos di ajang resmi, hanya tercatat
sekali berjumpa di laga pra musim di 2007/2008 di Olimpico di mana Lazio
memenangi laga dengan skor 2-1.
Lazio tak perlu kalah dari rival abadi Olimpiacos ini. Minimal seri di Stadion
Olimpiade Athena, 25 Oktober 2012 dan memenangi laga kandang di Olimpico, 8
November 2012, bukanlah harapan yang terlalu tinggi. Empat poin harus masuk ke
rekening Petkovic.
Maribor
Ini lawan paling mudah, walaupun jika melihat rekam jejak klub yang
berdiri tahun 1960 ini, tak ada alasan sama sekali untuk menganggap remeh.
Maribor adalah raja Slovenia, bahkan sejak negara itu masih menjadi bagian dari
Federasi Yugoslavia. Setelah negara ini berdiri sendiri, tak kurang 10 kali
Maribor merebut juara. Klub ini juga penghasil pemain berbakat, walaupun
kebanyakan akhirnya memilih hijrah ke liga yang lebih menghasilkan tumpukan euro.
Salah satunya adalah Samir Handanovic yang kini mengais rejeki di Inter.
Lazio pernah berjumpa dua kali dengan Maribor pada fase grup Liga
Champions 1999/2000 dan memenangi baik laga kandang maupun tandangnya dengan
skor meyakinkan, masing-masing dengan angka 4-0.
Tak ada pilihan lain bagi Petkovic kecuali mengantungi 6 poin dari kedua
pertemuan baik Olimpico, 4 Oktober 2012 maupun di stadion Ljudski vrt, 6
Desember 2012. Dan harapan itu sama sekali tidak berlebihan.
Mengantungi 13 angka akan memastikan langkah Mauri dan kaan-kawan di
babak knock out. Saya yakin, dengan kepemimpinan Petkovic yang piawai dan
dengan kegembiraan para pemain merumput sekarang ini, hal ini dapat diwujudkan.
Avanti lazio!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar